PURWAKARTA

Kenali Tanda Gizi Buruk

Dr. Lia Lesty Sitompul

PURWAKARTA, RAKA – WHO merilis, sebanyak 45 persen penyebab kematian bayi dan balita disebabkan karena keadaan gizi buruk pada anak. Anak yang mengalami gizi buruk memiliki risiko meninggal 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6 persen. Angka ini meningkat dibandingkan data Riskesdas 2010 sebesar 17,9 persen.

Dr. Lia Lesty Sitompul mengatakan, asupan nutrisi anak sangat mempengaruhi kesehatan anak. Jika orang tua tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi anak dengan baik, akan ada banyak masalah kesehatan yang bisa terjadi. “Salah satu masalah gizi yang cukup parah di Indonesia adalah gizi buruk,” ujar Dr. Lia Kepada Radar Karawang di temui di Klinik Bersalin Meliasari Purwakarta Senin (23/9).

Kondisi ini kata Dr. Lia, bukanlah masalah ringan, dan harus ditangani secepat mungkin. Lantas, kapan seorang anak dikatakan mengalami gizi buruk dan apa permasalahan yang bisa terjadi. Kondisi gizi buruk tidak terjadi secara instan atau singkat. Artinya, anak yang masuk ke dalam kategori gizi buruk sudah mengalami kekurangan berbagai zat gizi dalam jangka waktu yang sangat lama. “Pengertian Gizi buruk merupakan salah satu klasifikasi status gizi dimana mengalami kurang gizi yang diketahui berdasarkan pengukuran antropometri seperti pertambahan berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan lain-lain,” jelas Dr. Lia.

Maka dari itu, lanjutnya, untuk mengetahui status gizi buruk yang satu ini indikator yang digunakan adalah grafik berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Selain berat dan tinggi badan, lingkar lengan atas (LILA) juga masuk ke dalam pemeriksaan klinis gizi buruk.

Adapun macam-macam gizi buruk antara lain, ketika anak-anak kurang mendapat asupan gizi dari makanan yang dikonsumsi, gizi buruk pun rentan mereka alami. Sayangnya, gizi buruk yang dialami anak bisa diperparah akibat kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi buruk dan cara menanganinya. “Seperti Kwashiorkor atau busung lapar merupakan salah satu jenis dari gizi buruk yang diakibatkan karena kurangnya konsumsi protein. Kemudian, Marasmus yaitu merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi buruk yang sering dialami oleh balita karena kurangnya konsumsi energi,” bebernya.

Lalu Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek. Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak. Anak dengan stunting memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal. “Penyebabnya, keterbatasan penghasilan keluarga (faktor ekonomi), pengetahuan kesehatan tentang gizi makanan, jarak kelahiran yang tidak terencana tradisi pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan akan makanan tertentu,” ujarnya.

Dr. Lia menjelaskan, menurut bagan tatalaksana anak gizi buruk dari Kementerian Kesehatan RI, berikut gejala gizi buruk yang umum pada anak-anak: Gizi buruk tanpa komplikasi, terlihat sangat kurus, mengalami edema, paling tidak pada kedua punggung tangan atau pun kaki. “Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD. LILA kurang dari 11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan. Nafsu makan baik. Tidak disertai dengan komplikasi medis. Gizi buruk dengan komplikasi. Terlihat sangat kurus. Edema pada seluruh tubuh. Indikator penilaian status gizi BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD. LILA kurang dari 11,5 cm untuk anak usia 6-59 bulan. Memiliki satu atau lebih komplikasi medis seperti anoreksia/ gangguan nafsu makan pneumonia/petadangan paru berat, anemia berat, dehidrasi berat, demam tinggi, dan penurunan kesadaran,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button