
PURWAKARTA, RAKA – Sekelompok remaja di Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, rutin berlatih seni tari pada malam hari.
Mereka menghidupkan kembali semangat kesenian tradisional Sunda melalui komunitas Lingkung Seni Galura Jomantara, wadah kreatif yang dibentuk oleh pemerintah desa untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal.
Suara kendang, bonang, dan saron kini kembali menggema di balai desa setiap malam latihan. Di bawah cahaya lampu seadanya, para remaja tampak bersemangat memainkan gamelan dan menari dengan penuh ekspresi.
Baca Juga: Misteri Kematian Jesika, Polisi Sebut Tidak Wajar
“Kami ingin tetap melestarikan budaya Sunda, karena ini warisan kami,” tutur Dewi, salah satu penari muda yang baru dua minggu berlatih, Minggu (9/10).
Baginya, menari bukan sekadar kegiatan seni, melainkan bentuk penghormatan terhadap leluhur. “Kalau menari di malam hari, rasanya lebih menyatu dengan alam. Berimajinasi dan berekspresi jadi lebih dalam,” ujarnya.
Sementara di sisi lain, Rizal, remaja yang baru seminggu belajar memainkan gamelan, tampak tak kalah antusias.
“Sebagai anak muda, saya merasa punya tanggung jawab untuk menjaga budaya Sunda. Kami latihan tiga kali seminggu, malam Rabu, Kamis, dan Sabtu. Kadang Minggu sore juga,” katanya.
Kepala Desa Dangdeur, Tatang Taryana, menilai semangat para remaja ini sebagai sinyal positif bagi masa depan kebudayaan daerah.
Tonton Juga: Bangunan Peninggalan Belanda Bekas Pekerja PJKA
“Ini salah satu ikhtiar kami mengenalkan adat dan kesenian Sunda kepada generasi muda. Kami ingin mereka mencintai budaya sendiri, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai budayanya,” ujarnya.
Komunitas Galura Jomantara kini rutin tampil di berbagai kegiatan desa, mulai dari pasar kuliner, acara perayaan, hingga hajatan warga. Pemerintah desa pun berencana memberikan dukungan agar mereka bisa tampil secara gratis di acara warga kurang mampu.
“Supaya kesenian tidak hanya hidup di panggung besar, tapi juga hadir di tengah masyarakat,” tambah Tatang.
Dari gamelan yang ditabuh dengan semangat hingga tarian yang bergerak lembut, para remaja Dangdeur membuktikan bahwa warisan budaya tidak akan punah selama ada generasi yang mau menjaga dan menghidupkannya kembali. (yat)



