KKN Daring tak Puaskan Mahasiswa

KKN PANDEMI: Mahasiswa Unsika mengikuti KKN secara daring karena pandemi Covid-19 belum berakhir. Meski demikian, mahasiswa tetap membuat konsep yang akan diterapkan di desa lokasi KKN.
Ingin Terjun Langsung ke Lapangan
KARAWANG, RAKA – Pandemi Covid-19 tak menjadi penghalang bagi mahasiswa menjalankan salah satu tugasnya yakni kuliah kerja nyata (KKN). Bahkan dengan kondisi seperti ini mereka dituntut untuk lebih kreatif.
Salah satu anggota kelompok ini Nadya Aulia Syifa (20) mengaku, KKN kali ini jauh dari ekspektasinya, sebab harus dijalani secara daring. Meski demikian hal ini menurutnya menjadi tantangan tersendiri. Sebisa mungkin ia dan teman-temannya menemukan dan memanfaatkan sebaik mungkin peluang yang ada. “Sebagai pemuda harus terus bergerak, apalagi mahasiswa, dimana masyarakat menaruh harapan di pundak kita,” tutur mahasiswa jurusan pendidikan agama Islam ini.
Dalam KKN kali ini, mereka lebih banyak melakukan pertemuan secara virtual. Meski demikian mereka tetap akan melakukan program pemberdayaan masyarakat. Adapun lokasi yang mereka pilih adalah Perumahan Bintang Alam, Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, menimbang adanya potensi wisata di sana.
Angggota lainnya Diajeng Ayu Kusumaningrum (21), mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan mengaku, KKN daring membuat mereka kesulitan mendapatkan data sekunder dan identifikasi permasalahan desa. Namun beruntung dosen pendamping lapangan (DPL) mereka mengerti situasi ini dan membantu anak didiknya. “DPL mencari data ke desa dan wawancara sama kepala desa,” ucapnya.
Ia sendiri merasa kecewa karena tidak bisa turun langsung ke lapangan. Namun tetap berusaha untuk dapat memecahkan permasalahan yang ada walaupun secara daring dan hanya memberikan konsepan saja. Ia berharap dengan adanya KKN ini Desa Telukjambe dapat melanjutkan program yang telah mereka konsep.
Koordinator kelompok Wawan menuturkan, fokus KKN mereka adalah pengembangan objek wisata Danau Bintang Alam. Dengan adanya suatu konsepan perencanaan yang kreatif dan bernilai estetika, diharapkan bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat setempat. “Harapan kami, konsep ini dapat ditindak lanjut oleh pemerintah desa Telukjambe untuk direalisakan dari suatu program kerja pembangunan infrastruktur yang tim kami buat,” ujarnya.
Ia menjelaskan, konsep jembatan yang mereka tawarkan memiliki panjang 60 meter dengan ketinggian 2,5 meter di atas permukaan danau dengan sudut jembatan berbentuk bintang. Jembatan tersebut nantinya dipercantik dengan lampu dan kursi taman agar lebih cantik dan fotogenik. Dengan konsep ini mereka yakin minat masyarakat untuk berkunjung ke Danau Bintang Alam semakin banyak. “Karena adanya sebuah ikonik ciri khas, di mana orang akan merasa puas dengan nilai estika yang ditawarkan oleh objek wisata tersebut,” pungkasnya. (din)