GERBANG SEKOLAH

Komite Studi Pemuda Rengasdengklok

MEMBUAT SKETSA WAJAH: Seorang anggota Komite Studi Pemuda Rengasdengklok sedang membuat sketsa wajah di jaket denim lusuh.

Sentil Perilaku Konsumtif Lewat Gambar

RENGASDENGKLOK, RAKA – Meski namanya Produk Dalam Kota, sejatinya ekonomi mandiri ini tumbuh salah satu desa di Kecamatan Rengasdengklok, tepatnya di Kampung Blokkraton, Desa Rengasdengklok Selatan.

Produk Dalam Kota ini merupakan satu program dari organisasi Komite Studi Pemuda Rengasdengklok (KSPR). Pemilihan nama program tersebut menyentil perilaku masyarakat perkotaan yang cenderung konsumtif, dan menunjukkan bahwa masyarakat desa bisa melakukan kegiatan yang produktif. “Artinya yang ada dalam kota itu kan desa, ya kita dari desa,” terang Oca Subrosa (27), selaku ketua bidang seni KSPR.

Berbagai produk mandiri lahir dari tangan-tangan kreatif anggota KSPR, salah satunya cukil kayu yang bisa digunakan sebagai media sablon. Berbagai gambar dari cukil kayu ini baik itu sketsa wajah maupun typografi berisi pesan sosial, nantinya menjadi cetakan sablon untuk poster, totebag, dan kaos.

Produk lainnya adalah kalung resin, mereka mencetaknya dengan alat seadanya yang dikombinasikan dengan kayu. Ada pula poster kayu dengan proses transfer foto ke media kayu, dengan konsep vintage maupun dengan proses tempel kertas poster yang bergaya popart. Lagi-lagi gambar yang mereka gunakan biasanya merupakan sketsa wajah para tokoh, maupun pesan-pesan sosial.

Bukan hanya itu, pemuda KSPR juga jago melukis dengan media denim. Berbekal jaket denim, kuas, dan tinta plastisol, jaket yang mereka kenakan menjadi lebih ciamik dengan sentuhan seni lukis. Produk-produk tersebut biasanya mereka jual kepada sesama teman komunitas, maupun dipasarkan melalui instagran dengan akun @produkdalamkota. “Sekarang kita lagi garap produk ecobrick dengan memanfaatkan sampah plastik dan botol bekas, nantinya itu bisa dibuat saung, meja, kursi,” ucap Bobby, sapaan akrab Oca.

Dewan Jaringan KSPR Fahri Husaini (23) mencerikan karya-karya mereka tidak sekadar untuk dijual, melainkan juga mereka pamerkan saat membuka lapak perpustakaan jalanan di depan Kantor Kecamatan Rengasdengklok. Merkea juga sempat berbagi ilmu dengan mebuka workshop cukil kayu kepada para pengunjung lapak perpustakaan mereka. “Intinya untuk menarik minat masyarakat untuk mau ikut baca buku,” terangnya.

Baron sapaan akrab Fahri menyampaikan, KSPR sendiri memang berawal dari perpustakaan jalanan dengan nama Boenga Proklamasi pada tahun 2016 silam. Kegiatan mereka saat itu tak lepas sebagai pemantik untuk menghimpun lara pemuda Rengasdengklok. Seiring waktu berjalan, mereka bertransformasi menjadi organisasi pemuda yang pada tahun 2017 disepakati dengan nama KSPR. “Untuk mengokohkan organisasi kita sadari adalah bagaimana mengukuhkan rencana konsep ekonomi, nah dibentuklah Produk Dalam Kota sebagai programnya,” paparnya.

Hadirnya KSPR ini setidaknya dapat mengurangi hal-hal negatif pada pemuda seperti narkoba dan seks bebas dengan melakukan hal-hal kreatif yang positif. Mereka juga ingin menyadarkan pemuda akan pentingnya berorganisasi dalam masyarakat. Dengan kegiatan maupun karya-karya mereka, ada pesan yang ingin disampaikan yakni kesadaran akan kondisi sosial masyarakat. (cr5)

Related Articles

Back to top button