Komunitas Datang Untuk Menulis Bahas Proses Penerbitan Buku
Komunitas Datang Untuk Menulis menggelar acara diskusi buku antologi puisi Variasi Kuning Kunyit di Cikarang, Jumat (15/09). Acara tersebut berlangsung di Mimesis Coffee & Eatery dan dihadiri guru, murid, pecinta karya sastra dan masyarakat umum.
Diskusi buku Variasi Kuning kunyit merupakan kegiatan lanjutan dari komunitas Datang Untuk Menulis setelah berhasil menerbitkan buku antologi puisi berjudul Variasi Kuning Kunyit. Acara tersebut membahas mengenai proses penerbitan buku, proses kreatif dalam menulis puisi dengan penulis buku Variasi Kuning Kunyit yaitu Dian Hartati, Adila Nurul Hidayah, dan Erika Camelia. Selain diskusi, acara tersebut juga dimeriahkan oleh pembacaan puisi dan musikalisasi puisi.
Kegiatan ini bahkan menginspirasi salah satu pengisi acara yang juga seorang penyair Cendera Kata yaitu Aditya Fatur Rochim untuk membuat komunitas menulis. “Bagus juga kalau kita buat komunitas menulis khusus untuk orang-orang cikarang,” ungkap Aditya.
Mahasiswa Unsika Ahmad Abdul Karim menuturkan, respon peserta yang datang bermacam-macam mulai dari menjadi semangat menulis, menyadari ide dari mana saja, sampai ingin mengaktifkan kegiatan literasi di sekolah. “Seperti respons para hadirin yang datang, semoga akan banyak kegiatan literasi di Cikarang. Baik kegiatan literasi pada masyarakat umum maupun kegiatan literasi di sekolah. Serta akan banyak juga yang bersemangat untuk menuliskan pemikiran, pengalaman, harapan dalam bentuk puisi maupun karya sastra lainnya,” paparnya.
Sementara itu, Amel guru SMA Alexandria Islamic School Bekasi menilai, acaranya seru. Dia yang sudah lama hiatus dan buat balik lagi untuk menulis itu tidak mudah. “Tapi, setelah mendengar pemateri kemarin menjelaskan proses kreatifnya, aku jadi mulai semangat buat coba menulis dengan lebih peka terhadap situasi yang aku temui. Selain itu, ada banyak ilmu yang aku dapat dari narasumber dalam mengolah ide dan membuat aku penasaran buat bereksperimen dalam mengolah ide. Dari acara tersebut, aku langsung terinspirasi buat bangun literasi di sekolah. Mengingat anak-anak di sekolah aku masih jauh dan enggan untuk membudayakan literasi. Aku berharap kegiatan tersebut juga bisa diadakan di sekolah,” paparnya.
Hal senada dikemukakan Elisa, guru SMA Al-Ichwan. Menurutnya, acaranya bagus, menarik. “Membantu kita untuk membuka pandangan bahwa menulis puisi bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dengan tema apapun itu,” tutupnya. (rls)