
BERMAIN AIR: Tiga wisatawan menikmati guyuran air Curug Cigentis.
KARAWANG, RAKA – Curug Cigentis adalah salah satu curug di kaki Gunung Sanggabuana, tepatnya di Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru. Curug ini menjadi destinasi wisata alam Karawang yang ramai dikunjungi, bukan hanya wisatawan Karawang melainkan juga wisatawan kota lainnya. “Pengunjungnya rata-rata dari Kabupaten Bekasi sebelah timur, Kabupaten Karawang, sedikit sebelah barat Kabupaten Purwakarta, dan sebelah timur Kabupaten Bogor, istilahnya masih wisatawan lokal ya,” terang Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) Pangkalan, KPH Purwakarta, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, Muhammad Arif Purbiantoro, Minggu (16/8).
Objek wisata Curug Cigentis dikelola oleh Perhutani yang bermitra dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sanggabuana, dan BUMDes Buanamekar, Desa Mekarbuana. Tentunya Curug Cigentis setinggi kurang lebih 10 meter menjadi tujuan utama para wisatawan yang datang berkunjung, namun kehadiran sebuah jembatan yang dibangun oleh BUMDes setempat tahun 2019, menjadikannya spot baru untuk berfoto. Wisatawan juga dapat berfoto-foto di sepanjang tangga pendakian sejauh sekitar 750 meter dari pintu masuk. Tak perlu khawatir merasa lelah, sebab sejumlah warung yang berdiri di sepanjang jalur pendakian bisa menjadi tempat beristirahat.
Pengunjung biasanya tidak hanya bermain di bawah curug, melainkan juga di sepanjang aliran sungai. Bahkan sebagian kecil pengunjung membawa tenda untuk bermalam tak jauh dari lokasi curug. Pada hari kerja jumlah pengunjung Curug Cigentis berkisar 50 orang, pada akhir pekan di hari Sabtu flukuatif berkisar 100 sampai 300 pengunjung. Namun akhir pekan di hari Minggu, jumlah pengunjung bisa mencapai 500 pengunjung terlebih jika bertepatan dengan libur panjang bisa tembus 750 pengunjung. Objek wisata ini dibuka mulai pukul 06.00 WIB hingga 18.00 WIB, namun di masa pandemi corona hanya buka sampai pukul 16.00 WIB. “Secara administrasi tutup jam 4 (sore), daya tampung pengunjung sehari itu bisa 2000 pengunjung, tapi untuk semasa covid dibatasi maksimal 750 tiket terjual,” terang Arif.
Untuk mendapatkan satu tiket masuk Curug Cigentis cukup merogoh kocek Rp20 ribu sudah termasuk asuransi wisatawan. Dari penjualan tiket tersebut, juga terdapat retribusi kepada Pemkab Karawang sebesar Rp1.500 per lembar tiket. Sedangkan sisanya dibagi untuk Perhutani, BUMDes, dan LMDH setelah dipotong kewajiban pokok dan biaya operasional. Dikatakan Arif, sejauh ini komunikasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karawang berjalan cukup baik, dan sudah ada pembicaraan mengenai program wisata kedepannya. “Akan dibuat lebih detil lagi MoU antara Perhutani dan Pemda Karawang,” ungkapnya.
Sebagai tempat wisata, banyak orang yang menggantungkan kehidupannya pada tempat wisata ini. Bahkan dikatakan Arif, sebagian besar masyarakat Desa Mekarbuana mencari penghasilan bergantung pada beberapa objek wisata di desa tersebut, salah satunya adalah Curug Cigentis. Maka tak heran ketika objek wisata ditutup akibat pandemi selama beberapa bulan yang lalu, mereka kebingungan. “Mereka ada tukang ojek, parkiran, warung, ketergantungan masyarakat terhadap ini (objek wisata) saya bilang tinggi,” tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, Curug Cigentis berada sejauh 40 km dari pusat kota Karawang dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit dengan sepeda motor. Akses jalan menuju objek wisata ini bisa dilalui oleh dua kendaraan kecil, hanya saja jalanan sangat curam dan berliku. Tidak ada kendaraan umum untuk menuju curug tersebut, mau tau mau mesti menggunakan kendaraan pribadi. Dan jika menggunakan mobil, maka lahan parkir yang disediakan cukup jauh dari lokasi pintu tiket, hal ini karena curamnya jalan membatasi mobil untuk tidak menanjak terlalu tinggi sebab berbahaya.
Pengunjung bisa melanjutkan dengan menggunakan jasa ojek dengan tarif Rp15 ribu sampai Rp20 ribu.
Keasrian Curug Cigentis masih terjaga, bahkan belakangan sudah tersedia toilet umum yang menjadi salah satu kebutuhaan pengunjung. Barisan warung juga nampak lebih tertata begitupun jalan setapak menuju curug lebih aman. “Anak-anak bisa bebas bermain air, sudah bagus lah segini mah, jauh beda sama yang dulu,” ungkap Hartini (32), wisatawan asal Cikarang yang sore itu berkunjung ke Curug Cigentis untuk kelima kalinya. (din)