Uncategorized

Lahan Gembala Sapi Makin Menyempit

TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Pembangunan di Kabupaten Karawang, terutama perluasan kawasan industri tentunya bedampak bagi para pengembala hewan ternak. Mereka mesti berjalan berkilo-kilo meter menggiring hewan ternaknya untuk mencari lahan menggembala.

Wirin (65), salah satu penggembala sapi dari dusun Jati, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, mesti berjalan sekitar 5 km ke Desa Margamulya untuk memberi makan sapi-sapinya. Hal itu tentunya bukan hal yang mudah, kerap kali ia berlarian mengatur rombongan hewannya untuk menghindari kendaraan yang melintas.

Ia juga mesti bersusah payah agar gembalanya tidak memakan tanaman di ladang produktif milik orang lain. “Kalau makan padi atau palawija punya orang suka didenda, ga tentu berapanya itu mah kebijakan yang punya lahan,” ceritanya, Selasa (4/2).

Meski demikian, pekerjaan ini sudah menjadi rutinitasnya setiap hari sejak ia masih muda. Biasanya ia dan penggembala sapi lainnya berangkat sejak pukul 9 pagi dan baru kembali pukul 5 sore.

Di usianya yang terbilang lanjut, ia masih bersemangat dan mensyukuri pekerjaannya di bawah terik matahari atau bahkan diguyur huhan. Berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh ia anggap sebagai olahraga dan terbukti sampai saat ini ia masih cukup bugar. “Kalau anak-anak muda sekarang ga bakal ada yang mau, mereka kan sedikit-sedikit naik motor, sudah pada pintar juga jadi lebih milih kerja di pabrik,” tuturnya.

Penggembala lainnya Nakim (85) juga masih menggembalakan sendiri sapinya meski tinggal 1 ekor. Sebenarnya ia bisa saja menitipkan ternaknya kepada kuli gembala, namun tentunya memerlukan biaya lebih.

Diterangkannya, besaran membayar jasa kuli gembala biasanya berkisar Rp400 ribu perekor sapi dewasa untuk 4 bulan, sedangkan untuk sapi muda harganya hanya setengahnya. “Atau bayarnya pakai padi setiap masa panen, per ekornya 1 dihargai 1 kuintal, tapi sekarang sudah jarang biasanya pakai uang,” ujarnya.

Walau lahan gembala makin sulit, hal ini berbanding terbalik dengan banyaknya keberadaan tengkulak sapi yang siap membeli hewan ternaknya. Agar mendapat harga jual yang tinggi tentu ia mesti menjaga kondisi sapi-sapinya. “Harganya sih gak pasti, kalau sapinya sehat ya harganya bagus, kalau sakit harganya turun,” tutupnya. (cr5)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button