Uncategorized

Lebaran Memilih tak Mudik

LEBARAN DI PERANTAUN: Elza Ainun Uzlifah bersama teman-teman satu kontrakannya memilih tidak pulang kampung karena kondisi wabah corona.

Meminta Maaf Lewat Video Call

KARAWANG, RAKA – Pelarangan mudik membuat sejumlah perantau yang mentaati aturan tersebut, terpaksa melepas kerinduan dengan keluarga di kampung lewat video call.
Amri (25) warga Desa Pucung, Kecamatan Kotabaru, misalnya, dia sudah dua kali lebaran tidak pulang ke rumah orangtuanya di Solo, Jawa Tengah. Menurutnya, banyak cara dilakukan untuk melepas rindu bertemu orangtua. “Meski cuma video call, setidaknya bisa melihat dan berbicara dengan orangtua di kampung,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.
Dia mengaku diajak oleh teman-teman seperantauan untuk nekat menerobos penyekatan. Namun, dia lebih memperhatikan kesehatan orangtuanya dibanding ambisi berlebara di kampung. “Bisa saja saya malah menularkan corona. Lebih baik cari aman saja,” tuturnya.
Ia melanjutkan, di dalam lubuk hatinya, rasa rindu bertemu langsung orangtua sangat terasa. Bahkan tetesan air mata tak terasa mengalir saat bersua lewat video call. “Bayangkan dua tahun saya tidak ketemu, namun kesehatan lebih penting,” tuturnya.
Perantau lainnya,

Elza Ainun Uzlifah (19) telah 11 bulan tinggal di Desa Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, mengatakan keputusan tidak mudik karena mengikuti imbauan pemerintah. Lagipula perusahaan tempatnya bekerja tidak memberi waktu libur panjang. “Ya berasa sepi gak kayak lebaran,” ungkapnya.
Meski tidak dapat berkumpul bersama keluarga di rumah, ia bersyukur teknologi dapat membuatnya tetap dapat bersilaturahmi melalui panggilan video. Tentunya ia juga meminta maaf kepada orang tua di kampung halaman, sebagaimana telah menjadi tradisi di hari raya. “Alhamdulillah masih bisa menjalin silaturahmi dengan keluarga meskipun cuma video call,” ucapnya.

Agar tidak terlalu bersedih, lebaran tahun ini dia isi dengan kegiatan masak-masak bersama teman-teman di kontrakan tempatnya tinggal. Sambil bersilaturahmi dan saling mengucap maaf menghibur diri sesama perantau. Tentunya ia juga tetap menjalin silaturahmi dengan teman-teman kerjanya. “Masak-masak sama saudara, sama teman PT, kalau ketupatnya sih beli,” ujar gadis asal Tegal ini.

Perantau lainnya, Markhamah (20) juga hampir satu tahun tinggal di Karawang. Dia tingal di kontrakan yang sama dengan Elza. Gadis asal Indrmayu ini juga cukup beruntung masih ada sang kakak yang menemaninya merayakan lebaran di perantauan. Meski begitu, ia tak menampik merasa sedih dan menangis sebab tidak bisa mudik. “Pokoknya sedih banget lebaran gak kumpul sama keluarga, banyak momen dan tradisi lebaran yang tidak bisa dilakukan,” keluhnya.

Ia menuturkan, alasannya untuk tidak mudik adalah rasa sayang kepada keluarga lebih besar daripada rasa ingin pulang. Ia menyadari kondisi saat ini dikhawatirkan jika memaksa mudik, nantinya ia akan membawa virus kepada keluarganya. Sebab itu ia lebih memilih bersabar dan memutuskan tidak mudik demi kesehatan keluarganya. “Soalnya aku punya orang tua, punya nenek, yang mana sistem imun orang tua kan lemah,” jelasnya. (psn)

Related Articles

Back to top button