Uncategorized

Lentera Baca Fokus Kenalkan Sunda

DISKUSI: Penggiat literasi yang tergabung dalam Taman Baca Masyarakat Lentera Baca sedang berdiskusi mengenai pengenalan budaya Sunda.

Membaca dan Mendongeng

KUTAWALUYA, RAKA – Menjelang genap satu tahun berdirinya Taman Baca Masyarakat Lentera Baca masih konsisten menggelar baca buku gratis, tapi kedepannya komunitas yang bergelut di dunia literasi ini bakal lebih insentif mengenalkan sekaligus mengamalkan budaya, atau tradisi Sunda kepada anak-anak binaannya.

Inisiator Taman Baca Masyarakat Lentera Baca Muhamad Dahlan mengatakan, selama ini relawan literasi di wilayah Kutawaluya masih berjuang guna meningkatkan budaya baca di lingkungan masyarakat, terutama kepada anak-anak. Di samping menyediakan buku bacaan gratis, relawan juga kerap memberikan dongeng kepada anak-anak binaannya.
“Setiap kita mengadakan kegiatan paling sedikit 30 anak yang hadir, dan waktu ada kegiatan di bulan puasa lalu yang hadir pernah sampai 200 orang,” kata Dahlan saat acara diskusi Kiprah TBM Karawang, Minggu (31/10).

Dahlan menyebut, kedepannya Lentera Baca akan mengenalkan tradisi atau budaya Sunda kepada anak-anak, khususnya di Kecamatan Kutawaluya. Hal itu tanpa mengenyampingkan kegiatan rutinitas lapakan baca buku gratis. Menurut Dahlan, budaya Sunda perlu diperkenalkan kepada anak-anak, lantaran khawatir generasi yang akan datang kedepannya tidak tahu budaya atau tradisi Sunda. “Kita ingin anak-anak ini tahu budaya atau tradisi Sunda. Jangan sampai budaya kita ini dilupakan oleh anak-anak sekarang,” katanya.

Ketua Forum Taman Baca Masyarakat Karawang Nurul Ilmi mengatakan, kebudayaan menjadi salah satu yang harus dipelajari atau diperkenalkan dalam dunia literasi. Pihaknya menyebut, nantinya TBM ini dapat berkolaborasi dengan komunitas atau pegiat budaya yang ada di Karawang. “Semuanya TBM di Karawang akan bergerak di bidang kebudayaan, tapi mungkin prosesnya secara bertahap,” katanya.
Nurul mengaku, saat ini FTBM tengah melakukan survei mengenai sejauh mana minat baca masyarakat di Karawang. Kemudian belakangan ini FTBM juga sudah memberanikan diri untuk berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan perpustakaan. “Sekarang kita kesulitan transportasi, karena selama ini untuk kegiatan TBM masih menggunakan kendaraan pribadi,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Back to top button