PURWAKARTA

LGBT Dominasi Penderita HIV/AIDS

PURWAKARTA, RAKA – Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bayu Asih Purwakarta, sampai saat ini tercacat ada 732 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di wilayah Purwakarta. Dari data tersebut, kaum LGBT menjadi kelompok paling banyak yang menderita penyakit mematikan itu. “Itu yang rutin berobat ke rumah sakit kami. Jumlahnya ada 732 pasien. Di luar itu, kami belum punya datanya,” ujar Dirut RSUD Bayu Asih, Agung Darwis Suriaatmadja, akhir pekan lalu.

Dengan kata lain, sambung Agung, jumlah ODHA ini merupakan yang tercatat rutin berobat ke RS-nya saja. Jadi, bukan kondisi ril di lapangan. Bisa saja, kondisi rilnya lebih dari itu. Tetapi, mereka belum berani memeriksakan diri. “Dari jumlah pasien itu, lebih didominasi oleh kaum LGBT, kemudian ibu-ibu rumah tangga. Namun, anak kecil juga ada. Serta, ASN dan anggota TNI/Polri juga ada,” ujar Agung.

Namun demikian, pihaknya mengklaim, saat ini kesadaran masyarakat akan bahaya HIV/AIDS sudah semakin baik. Salah satu indikatornya, semakin banyaknya warga yang bersedia untuk melakukan tes antiretroviral (ARV). Selain itu, stigma negatif dari masyarakat juga tidak sedahsyat dulu.

Dengan begitu, saat ini lingkungan di masyarakat, sudah mengalami perubahan. Bahkan, mendukung warganya untuk melakukan tes sejak dini. Karenanya, sambung Agung, banyak ibu rumah tangga di Purwakarta yang bersedia untuk memeriksakan diri ke RSUD. “Kami apresiasi atas keberanian ibu-ibu ini,” ujarnya.

Dia menjelaskan, mayoritas ibu-ibu yang memeriksakan diri ini, yang latar belakangnya punya suami risiko tinggi terhadap HIV/AIDS. Atau, suaminya sering jajan di luar. “Jadi, yang 40 persen penderita HIV ini, bukan ibu-ibu yang negatif,” bebernya.

Justru, tambahnya, mereka murni merupakan ibu rumah tangga, yang tinggalnya di rumah, mengurus anak dan suami. Namun, faktanya ibu-ibu ini terinfeksi HIV. Setelah ditelusuri, ternyata mereka terinfeksi dari suaminya. “Mayoritas, ibu-ibu ini masih usia produktif. Yakni, di kisaran 18-35 tahun,” ujarnya.

Karena itu, untuk mencegah penyebaran HIV, salah satu saran yang dilakukan pihaknya, yakni meminta ibu-ibu tidak boleh hamil. Karena, jika hamil maka potensi penularan pada anak-anaknya sangat tinggi. “Atau, kalaupun siap untuk hamil, disarankan pas lahirannya jangan normal. Selain itu, jangan menyusui. Sebab, virusnya menular salah satunya melalui darah saat persalinan normal atau melalui ASI,” pungkasnya. (gan)

Related Articles

Back to top button