Limbah Minyak Masih Ada, Rajungan Langka
TUNJUKAN LIMBAH MINYAK: Seorang nelayan Pasirputih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, menunjukan rajungan yang dipenuhi limbah minyak mentah, kemarin.
CILAMAYA KULON, RAKA – Persoalan kebocoran minyak mentah Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) yang terjadi di laut Karawang ternyata belum selesai.
Jika sebelumnya diketahui belum semua warga terdampak tumpahan minyak di Dusun Pisangan, Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, belum semuanya menerima dana kompensasi, kini giliran nelayan Pasirputih, Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon yang mengeluh sisa limbah minyak masih ditemukan dan hasil tangkapan rajungan semakin sulit.
Seorang nelayan Pasirputih, Majudin (38) mengatakan, saat melaut bersama nelayan lain, tak satupun rajungan yang dia dapat secara utuh. Malah dia mendapat sisa tumpahan minyak yang mengeras di dasar laut, disertai tiga ekor rajungan yang sudah mati. “Bukan dapat rajungan, malah dapat limbah. Ada juga rajungan cuma tiga ekor, mati semua,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Ia melanjutkan, padahal akhir tahun 2019 hingga Januari 2020 bertepatan dengan angin Barat, yang menjadi puncaknya keberadaan rajungan. Sebelum ada tumpahan minyak Pertamina, nelayan bisa mendapatkan rajungan 50 kilogram sampai satu Kwintal. “Saat ini dapat satu kilogram saja sudah beruntung,” katanya.
Nelayan lainnya, Masruin (45) mengatakan, sejak terjadinya tumpahan minyak mentah hingga sekarang, keuangan nelayan Pasirputih belum bisa stabil. Hal itu bisa terjadi karena tangkapan rajungan dan ikan yang menurun drastis. “Sampai saat ini tangkapan nelayan belum stabil,” ujarnya.
Bagaimana tidak, limbah minyak itu masih banyak ditemukan di dasar laut oleh nelayan. Sehingga biota bawah laut yang terkena dampak, salah satunya rajungan yang mereka buru. “Kalau ikan masih bisa berenang di pertengahan air, kalau rajungan kan di dasar saja. Terus limbahnya pun berada di dasar, pantas saja rajungan pada mati, limbah belum sepenuhnya habis,” katanya.
Diketahui, jika saat terjadi kebocoran minyak itu berada di permukaan air, saat ini limbah minyak mematikan itu berada di dasar laut. Sementara keberadaan rajungan pun berada di dasar laut. Maka wajar jika dampaknya menyebabkan rajungan mati.
Sebelumnya Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki Sukarya sempat mengakui tumpahan minyak mentah di perairan Karawang kembali terjadi. “Karena cuaca yang ekstrim di laut, bongkahan minyak hasil pembersihan platform dan rig lolos dari bagian bawah oil boom. Sehingga kembali tumpah,” katanya.
Ifki menyatakan pihaknya tidak diam atas peristiwa itu. Langkah awal yang dilakukan ialah langsung membersihkannya. “Tim masih di lapangan untuk melakukan pembersihan,” kata dia. (rok)