HEADLINE

Ceceran Minyak Mentah Muncul Lagi

Nelayan Ciparage Resah

TEMPURAN, RAKA – Sejumlah nelayan Ciparage, Kecamatan Tempuran, dikagetkan dengan ceceran limbah minyak mentah yang mengambang saat mereka sedang mencari ikan di laut Karawang, Minggu (18/4) malam. Padahal limbah tersebut sudah lama tidak muncul ke permukaan laut.

Melihat itu, para nelayan kembali resah. Ingatan mereka terhadap kebocoran sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) Pertamina 12 Juli 2019, kembali muncul. Pasalnya, sejak laut Karawang dicemari minyak mentah, mereka kesulitan menangkap ikan maupun rajungan.

Kini, teror itupun kembali menghantui. Tasmin (32) nelayan Ciparage mengatakan, potensi kerugian akibat tumpahan minyak mentah sangat besar. Dia merinci, untuk pembelian solar sekali melaut Rp1 juta, ditambah dengan biaya anak buah kapal totalnya sekitar Rp5 juta. “Sekali melaut modalnya Rp5 juta. Biasanya penghasilan sekali melaut Rp10 juta. Sekarang tidak ada hasil tangkapan,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Ia melanjutkan, jika jaring terkena oil spill tidak bisa dipakai lagi. Jika dipaksakan digunakan untuk menjaring ikan, justru akan merusak hasil tangkap. “Jaring yang terkena minyak bisa merusak hasil tangkap ikan dan mencemarinya,” tuturnya.

Ketua Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama (SNNU) Jawa Barat Muslim Hafidz mengatakan, limbah minyak mentah yang mengambang di laut berdampak langsung terhadap nelayan. “Mereka tidak bisa melaut karena ikan tidak ada,” katanya.

Dia menyayangkan jika keberadaan oil spill tetap dibiarkan. Karena berdasarkan pengakuan nelayan, modal yang dikeluarkan untuk sekali melaut tidak murah. “Sekali jalan kurang lebih (modalnya) Rp5 jutaan,” ujarnya.
Keberadaan minyak mentah yang mengambang di laut Karawang juga sempat diabadikan melalui kamera ponsel berdurasi 4 menit. Para nelayan yang melihat gumpalan minyak mentah tersebut meminta agar segera diatasi. “Tolong bapak Pertamina jangan sembarangan buang limbah. Limbah-limbang berceceran, kasian nelayan,” kata seorang nelayan.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Karawang Wawan Setiawan belum bisa berbicara banyak mengenai hal itu. “Kejadiannya kapan? Lokasi, titiknya di mana? Kita akan cek dulu, tidak bisa statement dulu sebelum jelas,” ujarnya. Hingga naskah ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari PHE ONWJ. (nce)

Related Articles

Back to top button