KARAWANG

Mahasiswa UBP Raih Prestasi Fesmafar

SENYUM : Mahasiswa Universitas Buana Perjuangan saat ikut lomba dalam Festival Mahasiswa Farmasi Priangan.

KARAWANG, RAKA – Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda, begitulah prinsip yang dipegang Sukma Dewi Apriana (20), mahasiswa sememster 6 Jurusan Farmasi UBP. Setelah beberapa kali rajin mengikuti berbagai perlombaan, akhirnya ia dan timnya berhasil berprestasi dalam Festival Mahasiswa Farmasi Priangan (Fesmafar) 2020 di Bandung hari Minggu kemarin. “Sering diajak sama dosen ikut lomba, tapi kalau saya baru kali ini juara, soalnya lomba-lomba lain belum ada kesempatan menang,” tuturnya, Selasa (11/2).

Sukma tidak sendiri, ia bersama rekan satu timnya Lilis Setianingsih (21) menjadi juara 2 Lomba pharmaceutical Industritial Case Study. Makalah yang mereka presentasikan saat itu berjudul manufactur smart factory menggunakan cyber physical system dan 3D printing.

Dikatakan Sukma, judul itu diambil karena industri saat ini, termasuk industri farmasi sudah memasuki industri era revolusi 4.0. “Nah dengan adanya mesin inovasi dari kami, akan membuat proses produksi lebih cepat dan membuat kualitas lebih baik karena menggunakan mesin yang lebih cepat dan canggih,” ceritanya bersemangat.

Untuk berprestasi tentunya bukan tanpa persiapan, Dewi menceritkan untuk judulnya saja sudah dipersiapkan sejak 1 bulan sebelumnya. Ia juga tak memungkiri sempat mengalami kesulitan terutama lawannya terbilang jago. Pertanyaan para juri saat itu cukup menyulitkannya. Mereka mensiasatinya dengan terus meyakinkan diri bahwa mereka bisa melakukanya. Selain itu juga mereka menganggap para juri adalah dosen sehingga tidak terlalu gugup atau tegang. “Senang dan bangga, bahagia bisa membawa nama UBP dan banggain para dosen,” ucapnya.

Lilis mengatakan hal yang sama, ia harus berjuang melawan rasa takut, gugup dan grogi karena melihat lawan yang sepertinta lebih baik. Untuk mengatasinya ia benyak berdoa dan tentunya juga mempelajari materi lebih dalam sehingga menjadi lebih percaya diri. “Tetapi percayalah, dengan lebih banyak memahami materi akan semakin percaya diri dan melupakan keraguan kita,” pesannya.

Sementara itu Muhamad Firmansyah (20) yang menjadi juara 3 mengaku, awalnya sempat tidak menyangka bahkan untuk bisa masuk tahap semifinal sekalipun. Diakuinya saat praktik konseling kepada pasien, ia sedikit gelagapan dan tidak percaya diri. “Tapi inget kata dosen di kampus harus yakin, jadi alhamdulillah lancar ngomongnya, terus masuk babak final deh,” tuturnya.

Ia mengatakan, dalam memberi konseling saat itu yang paling penting adalah bagaimana pasien dapat memahami dan patuh dalam meminum obat sesuai aturan serta tahu efek obat dalam tubuh. Yang dinilai oleh para juri adalah kelengkapan dalam menjalani prosesdur konseling kepada pasien. “Kalau ikut lomba tuh pertamanya harus yakin sama kemampuan sendiri, terus tumbuhin rasa percaya dirinya, baru banyakin persiapan sama doa, insya Allah lancar,” pungkasnya. (cr5)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button