Karawang

Kolaborasi SMK dan BP2MI Siapkan Caregiver ke Jepang

Lunching pelatihan calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang yang digelar Rabu (15/9) siang melalui video conference

KARAWANG, RAKA – Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terus berupaya meningkatkan kebekerjaan lulusannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyiapkan tenaga Caregiver (Pendamping Lansia) untuk bekerja di Jepang. Program ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk menyiapkan lulusan SMK bekerja di Jepang dengan visa kerja Tukutegino/Spesified Skill Worker (SSW).

Dalam acara launching pelatihan calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang yang digelar Rabu (15/9) siang melalui video conference yang dihadiri Direktorat SMK, BP2MI, SMK almamater calon tenaga kerja, dan para calon tenaga kerja Caregiver ke Jepang. Acara yang diikuti oleh 10 SMK dari provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, DI Yogyakarta, DKI Jakarta ini akan menyiapkan 188 lulusan SMK yang akan bekerja di Jepang sebagai Caregiver. 10 SMK yang telah berkontribusi untuk penyiapan tenaga Caregiver adalah SMKN 8 Semarang; SMKN 2 Malang; SMK Citra Medika Sragen; SMKN 28 Jakarta; SMK Annisa 3 Bogor; SMK Taruna Terpadu 1 Bogor; SMK Muhammadiyah 3 Metro; SMK Sari Farma Depok; SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia Kulonprogo; SMKS Plus NU Sidoarjo.

Dalam program pelatihan tenaga kerja ini menyiapkan alumni SMK lulusan tahun 2020 Pada Bidang Keahlian Kesehatan, untuk bidang bahasa dan budaya Jepang serta kompetensi Caregiver. Pelatihan ini  melibatkan beberapa lembaga pelatihan, antara lain Koba Mirai Japan.  Peserta pelatihan akan mendapatkan 2 sertifikat sekaligus, yakni Sertifikat Bahasa Jepang setingkat N4 dan Sertifkat Kompetensi Teknis Caregiver/Careworker dari Prometric, yang keduanya merupakan syarat utama untuk bekerja di Jepang. 

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D., yang mempunyai pengalaman 3.5 tahun di Kobe Jepang, mengingatkan bahwa dengan kondisi Jepang serta beberapa negara lain yang mengalami situasi yang sama, misalnya Korea Selatan dan Taiwan, maka inilah peluang bagi para pejuang dan pahlawan devisa. Tidak hanya dalam bidang Caregiver, tetapi juga bidang-bidang pekerjaan lainnya, karena jumlah anak muda atau angkatan kerja mereka semakin berkurang yang terus bertambah justru populasi pensiunan. “Hal ini dapat menjadi peluang meraup devisa luar negeri melalui penciptaan tenaga kerja internasional yang terampil, kompeten, unggul dan berkarakter,” paparnya.

Dr Ir. M Bakrun, MM, direktur Sekolah Menengah Kejuruan menegaskan, bahwa program pelatihan tenaga kerja SMK ke Jepang ini disentuh melalui bantuan Retooling (Penguatan) SMK maupun Pusat Keunggulan/Center of Excellence. Prioritas program ini adalah Lulusan SMK Kesehatan (kompetensi Keahlian perawat Kesehatan, Keperawatan Sosial dan Pekerja Sosial/Social Worker) tahun 2020, dikarenakan pada akhir pembelajaran mereka terkendala pandemi Covid-19, sehingga baik pembelajaran maupun pengujiannya tidak dapat berjalan lancar. “Para calon peserta pelatihan telah disiapkan oleh sekolah masing-masing dalam kemampuan Bahasa Jepang setara N5. Kemampuan Bahasa tersebut akan ditingkatkan untuk mencapai sertifikat dari Japan Foundation untuk kemampuan Bahasa Jepang selevel JLPT N4 atau setara JFT Basic A2 dan memiliki sertifikat lulus Skill Exam Careworker dari Prometric yang akan ditempuh melalui pelatihan selama 4 sampai dengan 6 bulan,” ucapnya.

Seperti diketahui berbagai pihak, bahwa pandemi menyebabkan banyak PHK, namun tenaga Caregiver justru banyak dibutuhkan, karena banyak lansia tidak dimungkinkan bepergian dan membutuhkan pedamping untuk aktivitasnya. “Terlebih lagi Jepang, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas lansia mempunyai kebutuhan sebanyak 60.000 selama 5 tahun dan demand tahun 2020 sebanyak 1.200, untuk tenaga Caregiver melalui visa kerja/ Tekutugino dengan penghasilan yang menggiurkan,” jelas Drs. Dwi Ananto, MSi, Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI.

Baik Direktur SMK maupun Deputi Penempatan dan Perlindungan Kawasan Amerika Dan Pasifik BP2MI, telah sepakat untuk terus menigkatkan kolaborasi agar kebekerjaan lulusan SMK semakin meningkat. Dwi Ananto mengingatkan agar para calon tenaga kerja selalu menjaga kesehatan agar benar-benar siap untuk diberangkatkan bekerja ke luar negeri, serta menghindarkan keadaan sehat di dalam negeri tetapi gagal bekerja, karena mengalami sakit saat di luar negeri. (rls)

Related Articles

Back to top button