Manisnya Budidaya Jambu Kristal
BARU PANEN: Osim menunjukan dahan pohon jambu kristal yang baru beberapa hari lalu panen. Di lahan seluas 2.200 meter, dia menanam 250 pohon jambu bantuan Pupuk Kujang yang menghasilkan keuntungan menggiurkan.
Berawal dari Bantuan Bibit Pupuk Kujang
KARAWANG, RAKA – “Saya hanya lulusan SD, sulit dapat gaji (ideal), maka harus berpikir agar bisa hidup.” Makna yang terlontar dari salah satu petani berpengaruh di Kabupaten Karawang itu begitu dalam. Osim namanya. Perawakannya kurus, namun energik dan lugas saat berbicara.
Usianya kini tidak muda lagi, sudah setengah abad. Lelaki kelahiran Desa Tegalsawah, Kecamatan Karawang Timur, itu selalu bersyukur jalan hidupnya dimudahkan oleh Sang Pencipta. Bermula dari pencari barang bekas semisal botol mineral dan kardus bekas, akhirnya menjadi petani pemilik lahan 10 hektare dengan omzet ratusan juta rupiah.
Mengenakan topi fedora hitam, Osim menceritakan kesuksesannya sebagai petani. Tidak hanya menanam padi, dia juga sukses menggarap jambu kristal, beragam sayuran, beternak ikan, domba, itik, sampai sapi. Belakangan, lelaki yang memimpin Kelompok Tani Jaya ini membidik kelapa. Tidak tanggung, dia menyulap lahan sawah satu hektare menjadi perkebunan kelapa dan jambu kristal. “Bertani itu ruang lingkupnya luas, palawija, peternakan, perikanan,” ungkapnya kepada Radar Karawang saat ditemui di area hortikultura Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya Wira Tani, Desa Tegalsawah, Kecamatan Karawang Timur, Kamis (10/12).
Osim yang saat itu juga mengenakan kaos lengan panjang berwarna hitam bergambar logo Nahdlatul Ulama, serta bercelana sarung warna putih, mengatakan, usaha agribisnisnya dimulai tahun 2005. Saat itu dia beternak kambing dan domba. Kemudian sapi. Tidak puas dengan peternakan, suami dari Rohaeni itupun menggarap pertanian. Namun, tidak stabilnya harga gabah, rentan gagal panen, dan pemerintah kerap impor beras saat masa panen, membuatnya berpikir untuk mencari ladang garapan selain padi.
Tepatnya tahun 2014, dia mulai melirik jambu kristal. Jambu yang sangat disukainya sejak dulu, karena rasanya manis dan teksturnya renyah. Dia pun mencari bibit jambu bernama latin Psidium Guajava tersebut. Bak gayung bersambut, saat lahan pertaniannya dijadikan tempat gebyar panen oleh Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, dia menjadi percontohan oleh PT Pupuk Kujang melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Perusahaan pupuk negara yang berada di Kecamatan Cikampek itupun memfasilitasi pengadaan pohon jambu kristal berikut pelatihan pengelolaan hortikultura. “Alhamdulillah diberi bibit jambu kristal oleh Pupuk Kujang. Disiapkan 500 pohon. Saya dapat 250 pohon, sisanya dibagikan ke petani lain,” ungkapnya.
Ia melanjutkan, lahan 2.200 meter miliknya akhirnya ditanami 240 jambu kristal. Selang satu bulan kemudian, Osim merasakan manisnya menanam jambu kristal. Bahkan, menurutnya lebih menguntungkan menanam jambu kristal dibandingkan padi. “Jambu menguntungkan karena pasarnya gampang, langsung didatangi tengkulak. Panennya paling lambat dua minggu sekali, bahkan bisa dua kali dalam seminggu,” ujarnya.
Menurut Osim, lahan 2.200 meter yang ditanami 240 jambu kristal bisa menghasilkan Rp20 juta per enam bulan. Sedangkan hasil padi yang ditanam di atas lahan 6.000 meter hanya menghasilkan Rp7,5 juta sekali panen. “Analoginya seperti itu. Dan kita tidak perlu nunggu lama untuk panen. Tiga hari juga sudah bisa menghasilkan,” ungkapnya.
Lonjakan keuntungan yang diperolehnya dari jambu kristal, membuat Osim, menyulap lahan sawah satu hektare miliknya menjadi kebun kelapa dan jambu kristal. Dia berkeyakinan jika jambu dan kelapa bisa memberikan keuntungan lebih dibanding padi. “Saya harus mempersiapkan hari tua saya dengan nyaman,” ujarnya.
Bukan hanya bibit jambu kristal, kata Osim, Pupuk Kujang juga memberikan solusi jitu dari persoalan klasik petani, yaitu gabah basah akibat hujan. Saat itu, dia ditanya oleh pihak Pupuk Kujang, bagaimana cara mengeringkan padi di musim hujan. Osim pun berpikir, disitulah kemudian muncul tawaran dari Pupuk Kujang untuk memberikan oven pengering gabah. “Alhamdulillah, Pupuk Kujang memberikan solusinya. Kalau musim hujan, gabah tetap bisa kering. Tidak perlu pakai matahari, tapi menggunakan oven,” ujarnya.
Ia melanjutkan, oven yang diberikan Pupuk Kujang harganya pun tidak main-main, yaitu Rp180 juta. Osim dan 30 petani lainnya dalam Kelompok Tani Jaya pun tidak lagi perlu was-was saat musim hujan. “Dulu kalau musim hujan, padi basah, harganya jadi rendah. Kini ada oven, harga padi bisa tetap stabil,” katanya.
Menurutnya, Pupuk Kujang tidak asal-asalan mencari petani yang akan diberikan bantuan, tapi harus petani yang bisa menjadi contoh bagi petani lainnya. “Alhamdulillah saya dipilih (oleh Pupuk Kujang) jadi percontohan. Dan sekarang, apa yang diusahakan dulu ada hasilnya,” tuturnya.
Kini, dia tinggal menikmati hasil. Kehidupan rumah tangganya pun terbilang sukses. Lewat hasil tani, Osim bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi. Anak sulungnya, Rafika Ratifsi Murni menjadi dosen pertanian di Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung. Anak keduanya, Indah Khoerunisa masih duduk di bangku kuliah semester 6 Universitas Buana Perjuangan (UBP) Karawang. Anak terakhirnya, Wisnu Wiranata masih kelas X bercita-cita menjadi TNI atau Polri. (psn)