Mantan Menteri Blusukan Cari Mahasiswa
TELAGASARI, RAKA – Selain menjadi sasaran kampus di Taiwan, Jepang dan Tiongkok, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) era 2005-2009 Erman Soeparno yang mewakili Direktur Akademi Komunitas Presiden (AKP), menawari puluhan siswa dan lulusan berprestasi di SMK PGRI Telagasari, bisa kuliah sambil magang di luar negeri seperti Korea, Polandia dan Jepang, dengan biaya perkuliahan terjangkau dari hasil magang bulanan.
Dihadapan 60 orangtua siswa kelas XII dan sejumlah kepsek dari SMK lainnya, mantan menteri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menuturkan, dirinya sudah sepuluh tahun berada di dapur istana. Saat menjabat di Departemen Tenaga Kerja (Depnaker), dia merasa prihatin karena banyak warga Indonesia yang dikirim keluar negeri menjadi TKW, itu karena anak-anak muda produktif di dalam negeri juga sangat minim terserap kerja. Bahkan saat itu, 45 persen dari semua populasi warga Indonesia adalah lulusan SD. Karenanya, di masa pensiunnya saat ini, dirinya masih terpanggil ingin mengabdikan diri untuk negara di dunia pendidikan. “Saya sebagai lulusan SMK prihatin, karena banyak angkatan kerja kita tidak terserap, malah banyak TKW saat saya pimpin departemen ini,” kata master kontruksi lulusan Jepang ini.
Untuk itu, dia datangi SMK PGRI Telagasari agar bisa membangun koneksi link and match antara pendidikan dengan dunia kerja. Sebab, tahun ini ada empat universitas luar termasuk Korea dan Polandia yang kerjasama dengan AKP, dimana syaratnya harus sesuai kejuruannya. Nanti dilatih toefl bahasa Inggris dan Korea. Bahkan, biaya kuliah dibayar saat anak sudah magang di perusahaan yang diminta, dengan biaya kuliah terjangkau kurang dari Rp1 juta per bulannya. “Kita tawarkan anak yang kuliah di AKP ini biaya kuliahnya ditanggung saat anak sudah magang, karena terjangkau. Biar anak kita fokus. Cuma diupayakan bisa bahasa Inggris dan Korea, atau negara tujuan magang atau kuliah,” katanya.
Kepala SMK PGRI Telagasari Cecep Jalaludin mengatakan, memajukan SMK adalah kewajiban semua pihak, walaupun swasta sudah bisa lebih baik dari negeri. “Memiliki siswa 1.500 orang bukan perkara mudah mendidiknya. Kita keras agar mereka biasa disiplin, termasuk saat kelak mereka di kampus maupun perusahaan sekalipun,” katanya. (rud)