Purwakarta

Ma’ruf Amin Hadir di Harlah NU

PURWAKARTA, RAKA – Memperingati Harlah Nahdlatul Ulama (NU) ke-93 dan Milad serta Haul Al-Muhajirin ke-26, ribuan massa yang terdiri dari santri Al-Muhajirin dan masyarakat umum antusias mengikuti jalan sehat berhadiah lima paket umrah, Sabtu (16/2) lalu.

Ribuan massa tersebut awalnya berkumpul di garis start, yakni di Lapangan Patria Tama Polres Purwakarta. Kemudian dilepas Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Rhuzanul Ulum untuk menempuh rute jalan sehat menuju garis finish di Al-Muhajirin Kampus II, Ciseureuh, Purwakarta.

Di Kampus II, massa disuguhkan berbagai penampilan para santri Al-Muhajirin yang penuh kreativitas. Di antaranya aksi teatrikal perjalanan Pimpinan Pondok Pesantren DR KH Abun Bunyamin MA membangun Al-Muhajirin hingga masyhur seperti saat ini.

Besarnya animo masyarakat mengikuti kegiatan tersebut juga tak lepas dari kehadiran Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Prof DR KH Ma’ruf Amin yang menjadi pasangan Joko Widodo pada Pilpres 2019 ini. Antusias peserta jalan sehat semakin memuncak saat mendengarkan Tabligh Akbar yang disampaikan KH Ma’ruf Amin. “Awalnya saya ingin mewaqafkan diri saya untuk Nahdlatul Ulama, yaitu dengan selalu melakukan revitalisasi dan terobosan-terobosan baru di Nahdlatul Ulama. Hanya saja Allah SWT, berkehendak lain, NU mewaqafkan saya untuk menjadi Wakil Presiden,” ujar KH Ma’ruf Amin yang disambut tepukan ribuan massa.

KH Ma’ruf Amin juga meminta agar para santri tidak merasa minder. Karena banyak para pemimpin di Indonesia ini justru lahir dari kalangan santri. Semisal menjadi menteri dan gubernur. “Nah kalau Gusdur santri bukan? Beliau bahkan bisa menjadi Presiden. Jadi bukan tidak mungkin santri bisa mendapatkan jabatan yang tinggi. Oleh karenanya maka doakan saya pula untuk bisa terpilih menjadi Wakil Presiden RI agar bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa,” ucapnya.

KH Ma’ruf Amin pun berpesan kepada seluruh santri yang berada di Pesantren Al Muhajirin, untuk terus berusaha memaksimalkan potensinya. Karena bukan tidak mungkin Presiden RI mendatang merupakan lulusan pesantren di Purwakarta ini.

Selain itu, ia juga mengurai sejarah penetapan Hari Santri Nasional. Hal ini berkaitan dengan sejarah adanya resolusi jihad dari Hadratus Syaikh, KH Hasyim Asyari. “Pada saat itu padahal kemerdekaan sudah diraih oleh Bangsa Indonesia, namun penjajah akan coba kuasai Indonesia lagi,” ujarnya.

Menurutnya, resolusi jihad inilah yang membantu membakar semangat Bung Tomo di Surabaya. Lebih tepatnya pada 10 November 1945. “Bung Tomo mengeluarkan pekik Allahu Akbar-nya berdasarkan resolusi jihad dari KH Hasyim Asyari,” ucapnya.

Seperti diketahui bersama, bahwa pekik Allahu Akbar yang dikumandangkan di radio inilah yang membakar semangat para pejuang di Surabaya. “Hanya saja jika tak ada resolusi jihad, hal tersebut sulit terwujud. Apalagi tidak semua orang memiliki radio pada saat itu. Demi menghormati resolusi jihad ini oleh karenanya sejak 2016 lalu, 22 Oktober menjadi Hari Santri Nasional,” ujarnya. (gan)

Related Articles

Back to top button