
ANTAR MAKANAN: Salah seorang karyawan rumah makan Cibiuk antar makanan ke pelanggan.
Ke Dengklok Hanya Kirim Dua Porsi Makanan
KARAWANG, RAKA – Dampak pandemi corona sangat dirasakan oleh restauran atau rumah makan. Pesanan berkurang, omzet menurun drastis. Berbagai strategi dilakukan baik itu untuk meminimalisir kerugian, mempertahankan penjualan, sampai upaya pencegahan penularan virus corona itu sendiri.
Manager Operasional Restoran Indo Alam Sari Badrud Tamam menyampaikan, saat Pemprov DKI Jakarta menerapkan PSBB karena pandemi corona. Saat itu pun pihaknya menawarkan pengunduran acara yang telah dijadwalkan oleh konsumen. Hal ini sebagai upaya preventif mencegah munculnya kluster baru mengingat penyebaran corona begitu cepat. “Kemudian saat Karawang menerapkan PSBB kami tutup selama 2 minggu,” terangnya, Rabu (24/6).
Saat Karawang menerapkan PSBB omset yang didapat anjlok 89%, terutama saat bulan puasa jumlah pengunjung terasa sengat sepi. Rata-rata mereka memproduksi 11.000 porsi setiap bulannya namun Maret lalu hanya sekitar 6000 porsi dan semakin anjlok di bulan April hanya sekitar 1000 porsi. Tak ayal Indo Alam Sari meluncurkan paket nasi box untuk delivery order dan COD dengan komposisi menu sehat. “Saya nganterin ke Rengasdengklok cuma 2 box, harga per boxnya cuma Rp 25.000, ya sudah gak apa-apa saya bilang,” ceritanya.
Corona juga berdampak pada kebijakan manajerial yang merumahkan 70% karyawan operasional. Meski demikian mereka tetap menerima gaji bulanan seperti biasa bahkan juga menerima THR penuh. Tamam mengatakan hal ini dilakukan atas dasar kemanusiaan. Lebih dari itu pesanan bahan baku dari pemasok juga dipertahankan. Kemampuan Indo Alam Sari melakukan 2 hal tersebut karena terbantu oleh masih berjalannya pesanan catering ke perusahaan.
Pada minggu ketiga bulan Juni ini mulainada sedikit kenaikan omset, sampai Rabu kemarin saja sudah mencapai 2200 porsi. Adapun strategi mereka selama pandemi ini mengoptimalkan pemasaran melaui sosial media. “Kita juga kan sudah ada whatssapp busines, database sudah saya rangkum semuanya, jadi kita tinggal posting, respon mereka oh Indo Alam Sari masih buka,” tuturnya.
Di tempat lain Branch Manager Rumah Makan Sindangreret Ahmad Kartiwa menyampaikan, pihaknya tidak beroperasi selama 2 bulan yakni April dan Mei. Baru pada Juni ini mereka kembali beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan baik bagi karayawan maupun pengunjung. “Pada umumnya jumlah pengunjung masih jauhlah, baru 20% dari hari biasa,” tuturnya.
Ahmad menyampaikan keputusan menutup pelayanan adalah atas dasar kemanusiaan dimana kesehatan adalah yang diutamakan. Dengan demikian seluruh karyawan pun terpaksa dirumahkan, dan ketika beroperasi kembali sampai di bulan Juni diterapkan sistem rolling untuk karyawan, dimana mereka bekerja selama beberapa pekan dan sisanya libur untuk digantikan dengan karyawan lainnya. Gaji merekapun menjadi harian dengan presentase mengacu pada gaji bulanan sebelum pandemi. “Tapi kami usahakan jangan sampai ada PHK, kalaupun ditawari kerja beberapa hari tapi memilih keluar ya silakan, karena memang kita tidak mampu,” tuturnya lagi.
Saat ini pun Sindangreret telah membuka layanan ruang pertemuan namun dengan pembatasan tamu maksimal 50% kapasitas. Ia juga telah mendiskusikan dengan vendor untuk melakukan penyesuaian menjelang adaptasi kebiasaan baru. Ia mencontohkan, resepsi pernikahan bisa diganti dengan acara jamuan akad dimana tamu tidak terlalu banyak. Disamping itu tamu juga akan dibagi menajdi 3 sesi untuk mengurangi perkumpulan massa yang terlalu banyak.
Sementara itu Supervisor Rumah Makan Cibiuk Karawang Sami Jayanto mengatakan dampak corona mulai terasa sejak Februari dengan menurunnya omset hingga 80%. Saat Karawang pertama kali menerapkan PSBB rumah makan ini tutup selama 1 bulan, terpaksa para karyawan dirumahkan. “Saat bulan puasa kemarin juga yang kerja cuma setengah, kita batasi, tidak full menerima tamu, bahkan kita nolak-nolak terus,” jelasnya.
Sami mengatakan penolakan konsumen sebagai upaya mencegah resiko kesehatan meskipun antusias masyarakat berkunjung cukup tinggi. Meskipun resiko lainnya para karyawan dirumahkan tanpa bayaran. Belakangan ini situasi mulai beranjak normal dan 100% karyawan telah bekerja kembali. Pihaknya juga mengoptimalkan layanan delivery seiring adanya larangan makan di tempat. Menurutnya delivery tersebut cukup membantu pemasukan meskipun tidak seberapa. Meski demikian ia menganggap layanan tersebut terbilang efektif. Saat ini pun roda usaha rumah makan tersebut sudah menuju normal dan kembali ke lajurnya semula. “Sudah mau mendekati, sekarang 95%, sedikit lagi normal, harapannya seperti ini terus sih karena ekonomi harus berjalan juga,” pungkasnya. (din)