
PURWAKARTA, RAKA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta terus menguatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi ancaman bencana. Salah satunya melalui Pelatihan Pencegahan dan Mitigasi Bencana yang digelar di Kantor BPBD Purwakarta, Jalan Purnawarman Selatan, Sindangkasih, pada Selasa (23/9).
Kepala Pelaksana BPBD Purwakarta, Heryadi Erlan, menyebut pelatihan ini merupakan langkah nyata pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas masyarakat serta aparatur desa.
“Purwakarta termasuk daerah dengan tingkat kerawanan menengah hingga tinggi. Masyarakat harus dilatih agar tidak panik, tahu langkah pencegahan, dan bisa menolong diri sendiri serta orang lain saat bencana terjadi,” ujarnya, Selasa (23/9).
Berdasarkan catatan BPBD, dalam tiga tahun terakhir Purwakarta selalu dilanda ratusan peristiwa bencana. Tahun 2023 terdapat 485 kejadian dengan lebih dari 25 ribu jiwa terdampak, sedangkan pada 2024 terjadi 426 kejadian yang berdampak pada 25.904 jiwa.
Hingga September 2025, sudah tercatat 232 kejadian, terdiri atas banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta bencana lainnya.
Pria yang akrab disapa Abah Erlan itu menilai kondisi geografis Purwakarta yang beragam membuat wilayah ini rentan terhadap bencana alam.
Karena itu, pelatihan diarahkan untuk membekali masyarakat dan perangkat desa agar mampu mengenali risiko, melakukan langkah pencegahan, serta menyiapkan strategi pengurangan dampak.
Ia menegaskan, Desa Tangguh Bencana (Destana) harus semakin terlatih dan mandiri menghadapi ancaman.
Pelatihan tersebut juga mengedepankan prinsip kolaborasi pentahelix, yaitu kerja sama antara pemerintah, masyarakat, akademisi, sektor swasta, dan media.
“Perlindungan masyarakat dari bahaya bencana tidak bisa ditangani hanya oleh pemerintah. Keterlibatan berbagai unsur sangat penting agar masyarakat lebih tangguh dan siap menghadapi bencana apa pun,” kata Abah Erlan.
Selain materi berupa teori, pelatihan juga menghadirkan simulasi langsung. Peserta dilatih melakukan evakuasi, penggunaan peralatan penyelamatan, hingga strategi mitigasi berbasis komunitas.
Metode ini dipandang penting agar pengetahuan tidak berhenti pada konsep, melainkan bisa dipraktikkan saat kondisi darurat benar-benar terjadi.
BPBD menargetkan pelatihan serupa akan diperluas ke desa-desa rawan bencana lainnya. Harapannya, masyarakat Purwakarta dapat lebih sigap dan mampu menekan risiko korban maupun kerugian saat bencana melanda.
“Tujuan akhirnya adalah membentuk masyarakat yang siap dan tangguh menghadapi ancaman bencana,” tutupnya. (yat)