KARAWANG

Masyarakat Diminta Selektif Beli Garam

LAYAK JUAL: Garam produksi petani garam Cilamaya.

KARAWANG, RAKA- Isu garam impor akhir-akhirnya, disinyalir menurunkan harga jual garam lokal saat ini. Selain itu, warga juga diminta seleksi dalam membeli garam. Disinyalir ada garam yang dioplos dengan garam impor.
Sekretaris Dinas Perikanan Karawang Abuh Bukhori menilai isu impor membuat harga garam rakyat anjlok. Pihaknya curiga pengusaha mengoplos garam impor untuk dijual sebagai konsumsi masyarakat. “Salah satunya (isu impor garam), walaupun isu, barangnya belum ada,” paparnya, Kamis (15/4).

Abuh menyebutkan, sebelum ada isu impor, harga garam hendak merangkak naik ke angka Rp1.000. Namun, begitu ada isu impor, terdapat spekulasi garam impor segera tiba, harga turun Rp 800. Ia menyebut tambak garam di Karawang pada 2019 seluas 200 hektare. Sedangkan pada 2020 seluas 110 hektare. Tambak garam tersebar di empat desa, yakni Muarabaru Kecamatan Cilamaya Wetan, Ciparagejaya Kecamatan Tempuran, dan Pasirjaya Kecamatan Cilamaya Kulon. Tambak garam paling luas terdapat di Prau Bosok, Desa Muarabaru, Kecamatan Cilamaya Wetan. “Produksinya 2020 hanya 1.566 ton, sedangkan 2019 mencapai 11.000-an ton,” paparnya.

Kondisi ini, Abuh mengaku prihatin. Pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk membantu petani garam. Ia meyakini kualitas garam rakyat Karawang mampu mencapai 97 persen kandungan Natrium Clorida (NaCl). Hanya saja ia mengakui ada saja petani yang terburu-buru menaikkan ke meja kristal untuk mengejar hasil produksi. Rencananya,
Dinas Perikanan Kabupaten Karawang akan menggandeng Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) untuk mengembangkan atau mendampingi para petani garam. “Kita akan coba lewat Hipmi,” ujar dia.

Selain gudang garam milik pemerintah atau kelompok petani garam di Karawang juga terdapat beberapa gudang garam milik swasta. Pihaknya mencurigai sejumlah pengusaha mencampur garam untuk konsumsi masyarakat dengan garam impor. Padahal, kata dia, garam impor hanya diperuntukkan bagi industri. Namun ia mengakui pengawasan dari pihaknya maupun pemerintah masih lemah. “Kami curiga mereka mencampur dengan garam impor. Dilihat dari warnanya,” ujar Abuh. Abuh menyebut kandungan NaCl garam impor di atas 97 persen. Padahal, jika untuk konsumsi masyarakat, menurutnya justru berbahaya. “Untuk aman konsumsi, kandungan NaCl-nya antara 94-97 persen. Di atas 97 persen justru berbahaya,” ujarnya.

Oleh karenanya, Abuh mengimbau masyarakat untuk selektif memilih garam untuk dikonsumsi, dengan melihat kandungan NaCl. “Jangan terlena karena warnanya putih,” pungkasnya. (asy)

Related Articles

Back to top button