
KARAWANG,RAKA– Lama tidak digunakan, kini kita melihat kondisi eks kantor Camat Rengasdengklok memprihatinkan. Tidak terurus, benda bersejarah hilang. Benda tersebut terdiri dari lima papan dampar, peninggalan masa pascakemerdekaan.
Waya Karmila, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Karawang, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengungkapkan bahwa lima papan dampar itu raib secara misterius sebelum bulan Ramadan tahun ini, tepatnya sekitar bulan Maret, dari Kantor Kawedanaan, lokasi bersejarah yang berada tepat di depan Pasar Rengasdengklok.
Baca Juga : Anak-anak Sudah Jarang Gunakan Bahasa Ibu
“Kejadiannya diketahui beberapa hari setelah hilang. Pagi-pagi, papan itu sudah tidak ada di tempatnya. Tidak ada tanda-tanda perusakan, lenyap begitu saja,” ujar Waya, Jumat (12/7).
Ia menyesalkan lemahnya pengawasan terhadap situs sejarah tersebut. Meski lokasi ini merupakan bagian dari cagar budaya, kenyataannya pengamanan di lapangan belum memadai. “Seharusnya ada keterlibatan masyarakat juga dalam menjaga. Tapi mungkin karena benda itu dianggap tidak bernilai oleh sebagian orang, jadinya diabaikan,” tambahnya.
Tonton Juga : NICKY ASTRIA, LADY ROCKER
Waya menduga, pelaku bisa saja berasal dari lingkungan sekitar. “Bisa jadi hanya iseng, atau papan-papan itu diubah fungsinya. Karena bentuknya yang kecil, mungkin dianggap tidak penting,” katanya.
Namun, bagi para pelestari budaya, hilangnya lima papan dampar bukan hal sepele. Nilai historis dari benda-benda tersebut tidak dapat diukur dengan materi. “Bagi kami ini kerugian besar. Walau bagi sebagian orang papan itu hanya kayu biasa, tapi itu saksi sejarah. Sudah lama berdiri, pasca-kemerdekaan,” tegas Waya.
Pihak Disparbud telah melaporkan kejadian ini ke pemerintah desa setempat. Sayangnya, hingga kini keberadaan papan-papan tersebut masih belum ditemukan. Sebagai tindak lanjut, Disparbud memperketat pengawasan dan memperkuat peran juru pelihara di situs sejarah lainnya agar kejadian serupa tidak terulang.
“Karena yang sudah hilang sulit dicari, jadi yang masih ada harus kita jaga lebih ketat. Ini bentuk komitmen kami agar sejarah tidak terus-menerus tergerus,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Waya juga mengajak masyarakat Karawang untuk lebih peduli terhadap aset sejarah di lingkungan mereka. Ia berharap warga bisa ikut menjaga dan melaporkan jika melihat aktivitas mencurigakan di situs budaya.
“Penting untuk menumbuhkan rasa memiliki. Jangan anggap remeh benda-benda tua, karena mereka adalah bagian dari identitas kita sebagai orang Karawang. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” pungkasnya. (uty)