Menengok Atap Purwakarta
PURWAKARTA, RAKA – Wisata alam di Purwakarta tidak kalah dengan daerah lain semisal Bandung. Di kabupaten yang bertetangga dengan Karawang, Subang, Bandung Barat dan Cianjur itu, juga ada sejumlah gunung berpemandangan ciamik.
Seperti Gunung Lembu. Gunung ini merupakan ikon bagi masyarakat Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Salah satu destinasi wisata alam favorit di Purwakarta, ini telah banyak menyedot wisatawan lokal hingga luar pulau Jawa. Lokasinya berada di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan. Kawasan wisata yang baru dibuka sejak beberapa tahun lalu, kini banyak menarik wisatawan untuk berfoto dan mengunggahnya ke beberapa situs media sosial tentang keindahan panorama Waduk Jatiluhur dari Puncak Batu Lembu. Gunung dengan ketinggian sekitar 729 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memiliki tiga pos pendakian, di beberapa titik jalur pendakian terdapat saung yang menyediakan makanan dan minuman bagi pendaki. “Yang datang bukan hanya warga lokal namun dari luar Purwakarta,” ujar Dayat, seorang pengelola wisata alam Gunung Lembu.
Ia menjelaskan, yang menarik dari Gunung Lembu adalah para pengunjung dapat menikmati panorama alam Waduk Jatiluhur. Namun yang paling spesial adalah pengunjung dapat melihat jelas saat terbitnya matahari sebelah timur. Tak heran banyak pendaki yang rela bermalam untuk menyaksikan sang surya muncul. Bahkan jika beruntung, pendaki bisa melihat kawanan lutung atau monyet keluar dan berada di pepohonan serta bebatuan sekitar puncak gunung. “Dalam satu pekan bisa puluhan hingga ratusan pendaki. Puncaknya pas akhir tahun lalu mencapai 600 pendaki,” ujar Dayat.
Untuk tarif mendaki Gunung Lembu, pihak pengelola tidak mematok harga tinggi. Pengunjung hanya membayar Rp10 ribu untuk naik gunung, serta biaya parkir kendaraan dan kamar mandi. “Uang tersebut bukan untuk pengelola saja, namun untuk perbaikan sarana dan prasarana para pendaki,” ujar Dayat.
Gunung Honje, tak jauh berbeda dengan gunung gunung lainnya yang berada wilayah danau Jatiluhur, seperti Gunung Lembu dan Gunung Bongkok serta Gubung Parang, karena ketiganya sama-sama punya ketinggian di atas 500 mdpl. Menurut pembina Komunitas Pencinta Alam Sukasari (Kompas) Mochamad Aripin, untuk mendaki Gunung Honje, ada dua jalur yang bisa kamu pilih, yaitu jalur “Bonus” dan “Ngorondang”. Dua jalur ini bisa dibilang jalur mudah dan jalur yang seakan dagu kita ketemu dengkul. “Nah, kalu untuk mode transportasi hal ini pun sangat sangat mendukung. Karena untuk bisa sampai di kaki gunung dan memulai pendakian, bisa menggunakan roda dua (motor) ataupun mobil,” ungkap Aripin.
Untuk sampai ke Desa Kertamanah, sambung dia, bisa naik motor dan mobil, dengan jarak tempuh sekitar 40 km dari kota Purwakarta menuju Kecamatan Sukasari. “Sesampainya di Kampung Bunipasir, Desa Kertamanah, tepatnya di pintu masuk menuju puncak Gunung Honje, kamu bisa langsung menyusuri jalan bebatuan melewati perkebunan bambu,” katanya.
Menuju puncak gunung, lanjut dia, sekitar 30 menit jalan kaki ke sini membutuhkan waktu untuk sampai ke Pos Tarik Naspas Panjang. “Namun, jika ingin lebih hemat waktu, tidak ada salahnya kok jika kamu naik ojek Gendong,” canda Aripin.
Ingin merasakan jantung berdebar? Datang saja ke Gunung Parang. Di sana, para pendaki akan merasakan sensasi luar biasa, karena mereka harus melakukan climbing jika ingin mencapai puncak. Namun tenang, para penikmat alam bisa melakukan pendakian dengan aman.
Di sisi lain, tak banyak yang tahu, Gunung Parang yang kerapkali dijadikan tempat wisata untuk pendakian, dulunya merupakan tempat suci yang sering dijadikan tempat beribadah memuja sang cahaya. Praktisi Arkeolog Arkeolog Purwakarta, Indra Nugraha menelusuri jejak peradaban kuno di Gunung Parang yang terletak di Kecamatan Tegalwaru. Gunung Parang yang terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta, adalah gugusan pegunungan batuan andesit purba yang terjadi dari suatu intrusi, yaitu magma yang menerobos menuju ke permukaan, namun membeku sebelum muncul ke permukaan untuk menjadi gunung api. Sejalan dengan waktu, tanah di atas intrusi ini tererosi dan akhirnya memunculkan gunung ini. “Sejauh ini penelitian masih terus dilakukan meskipun itu belum resmi, tetapi kami akan terus berupaya untuk menelusuri serta mengkajinya lebih dalam lagi. Tentunya, bersama pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan geologi Gunung Parang ini,” terangnya.
Dia juga menerangkan, gunung batu ini sendiri memiliki ketinggian total 963 MDPL dari permukaan laut, dengan diapit dua bendungan terbesar di Indonesia yaitu Jatiluhur dan Cirata. “Gunung Parang merupakan suatu bukti nyata yang tidak bisa dibantah, dimana tempat ini menyimpan banyak sejarah besar serta memiliki nilai-nilai yang sangat adiluhung. Gunung Parang adalah tempat suci, tempat dimana para leluhur memuja Maha Cahaya (Sang Hyang Agung),” jelasnya.
Gunung Bongkok yang telah digadang-gadang sebagai lokasi wisata sejak 2013 oleh sekelompok pemuda di Desa setempat, nampaknya sudah mulai dilirik wisatawan dari luar daerah. Dengan bermodalkan niat, semangat dan kerja keras para pemuda yang menamakan diri mereka Paguyuban Wisata Alam Gunung Bongkok, saat ini gunung yang memiliki ketinggian 975 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL) ini mulai didatangi pengunjung. Ketua Paguyuban Wisata Alam Gunung bongkok, Diki Setiawan mengaku, kerja keras dari membuat jalan sampai membenahi lokasi wisata di gunung tersebut, sudah dilakukan sejak awal tahun 2013 lalu. Hasilnya, saat ini gunung bongkok sedikit demi sedikit mulai menjadi incaran wisatawan. Baik yang ingin haiking, camping, kuliner serta berwisata untuk menimati indahnya panorama alam gunung ini. “Untuk menikmati panorama alam di gunung ini, kami sediakan tikat tracker hanya Rp. 5 ribu per orang. Dan kamipun menyewakan tempat bermalam untuk para traceker luar daerah yang akan menginap,” jelas Diki.
Gunung Cupu merupakan ikon bagi masyarakat Purwakarta terutama bagi warga Desa Cianting Utara, Kecamatan Sukatani. Pasalnya gunung tersebut menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak menyedot wisatawan. Gunung berketinggian 333 meter di atas permukaan laut dengan ketinggian tebing sekitar 150 meter dan lebar sekitar 27 meter itu, terletak di antara dua kecamatan yaitu, Desa Anjun, Liunggunung, Kecamatan Plered serta, Desa Cianting dan Cianting Utara Kecamatan Sukatani. Menurut Saefurahman (30), salah seorang pengelola wisata pendakian gunung cupu mengatakan, hampir tiap akhir pekan ada saja wisatawan yang sengaja ingin mendaki. “Tidak hanya wisatawan lokal namun juga dari luar Negeri sengaja datang untuk mendaki gunung ini,” ujarnya. (gan)