RENGASDENGKLOK, RAKA – Dia hanya kuli, ya seorang kuli biasa yang mengandalkan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya. Upahnya pun tidak sebanding dengan kucuran keringat yang dikeluarkan. Maklum, pekerjaan otot selalu dinilai dari seberapa berat pekerjaannya, karena tidak ada ukuran baku nilai upah yang diterima.
Usianya pun tidak muda lagi. Tergolong sudah tua, karena sudah berkepala enam. Namanya Panda. Lahir tahun 1959. Warga Bojongtugu, Kecamatan Rengasdengklok. Dia hanya kuli serabutan yang kebetulan sedang mendapat pekerjaan menggali tanah. “Kita kerja apa saja, jadi nunggu orang yang nyuruh. Soalnya mau kerja dimana-mana juga kita mah gak tau apa-apa, bisanya ngandelin otot doang,” jelasnya kepada Radar Karawang, Rabu (15/5).
Dia mengaku memiliki dua orang anak. Satu masih duduk di bangku SMP kelas VIII. Satunya lagi masih pengangguran dan belum menikah. Panda hanya mengandalkan biaya sehari-hari untuk menafkahi keluarganya dari kuli serabutan. Dirinya mengaku harus mengeluarkan keringat jika ingin punya uang, padahal usia panda sudah tidak lagi muda. Namun kebutuhan keluarga yang memaksaan dirinya untuk bekerja keras. “Jika tidak ada orang yang minta kuli, saya hanya berdiam diri di rumah aja,” tuturnya.
Ia melanjutkan, di bulan puasa ini ingin puasa sebagimana kebanyakan orang muslim yang berpuasa, namun apa daya pekerjaan Panda yang begitu menguras tenaga, sehingga dirinya tidak kuat menahan haus dan lapar. “Orang-orang mah puasa, saya mah gak kuat. Orang dari jam tujuh sudah mulai gali tanah, ditambah cuacanya panas,” katanya.
Panda mengatakan, penghasilan yang didapat dari pekerjaannya tidak jauh dari angka Rp50 ribu, namun begitu dirinya bersyukur bisa buat menafkahai anaknya buat ongkos sekolah dan biaya makan keluarga. Jadi penghasilan seharian itu dipaksakan cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “Yah paling kita kuli kayak gini sehari Rp45 ribu. Kalau kuli ngarit rumput sekarangnya Rp15 ribu,” pungkasnya. (cr4)
