HEADLINE
Trending

Mengolah Tulang Bandeng Menjadi Camilan

Teknik Presto Jadi Kunci Olahan

KARAWANG, RAKA – Dinas Perikanan terus mendorong inovasi pangan lokal berbasis ikan bandeng demi meningkatkan nilai ekonomi, keberlanjutan, dan gizi masyarakat.

Melalui tangan-tangan kreatif pelaku UMKM, bandeng kini tidak hanya dikonsumsi dalam bentuk utuh, tapi telah diolah menjadi lebih dari 20 varian kuliner bernilai tambah, mulai dari masakan tradisional hingga camilan sehat dan MPASI fungsional.

Kepala Bidang Sumberdaya Perikanan Dinas Perikanan, Emma, menyebutkan bahwa teknik presto menjadi kunci pengembangan olahan ini.

Baca Juga : Tidak Ada Pemilu, KPU Tetap Mutakhirkan Data Pemilih Tiga Bulan Sekali

“Presto membuat tulang bandeng menjadi lunak, sehingga aman dikonsumsi anak-anak hingga lansia. Dari situ, lahirlah ragam kreasi yang memanfaatkan seluruh bagian bandeng, termasuk daging, duri, dan tulangnya,” ujarnya, Rabu (2/7).

Beberapa produk kuliner yang kini kian populer di masyarakat di antaranya Bandeng Presto Bumbu Kuning, Semur Bandeng, Sate Bandeng, Nasi Goreng Bandeng, hingga Bandeng Balado.

Sementara itu, inovasi pada produk camilan melahirkan olahan seperti Kerupuk Tulang Bandeng, Kerupuk Duri Bandeng, Kerupuk Atom, hingga Amplang Bandeng.

Tak hanya menyasar pasar dewasa, bandeng juga dikembangkan menjadi makanan sehat untuk bayi, seperti Puding Bandeng dan Bubur Bandeng MPASI yang dirancang khusus untuk pencegahan stunting dalam program gizi lokal.

Tonton Juga : MARTUA SITORUS KEMBALIKAN UANG NEGARA

“Produk-produk ini menggabungkan bandeng halus dengan bahan bergizi seperti buah, sayur, dan agar-agar,” jelasnya.

Dalam upaya mendukung ekonomi sirkular, tulang dan duri bandeng yang dulunya dibuang, kini diolah menjadi camilan bergizi tinggi.

“Kerupuk tulang mengandung sekitar 1.400 mg kalsium per sajian, menjadikannya pilihan sehat sekaligus mendukung zero waste,” tambah Emma.

Dengan berbagai kreasi tersebut, ikan bandeng kini tak sekadar hadir di meja makan, tetapi juga menjadi simbol kemandirian pangan, inovasi kuliner, dan kekuatan ekonomi lokal yang terus berkembang.

“Suplainy bukan hanya ke pasar lokal, olahan seperti Abon Bandeng Presto bahkan telah menjangkau pasar ekspor,” katanya.

Produk ini memiliki daya tahan hingga 10 bulan tanpa memerlukan pendingin, menjadikannya komoditas unggulan UMKM berbasis perikanan.

Emma menegaskan bahwa inovasi berbasis bandeng ini membuka peluang besar bagi UMKM lokal.

“Setiap inovasi bukan hanya bicara rasa dan nilai ekonomi, tapi juga menyentuh isu kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Ini adalah bentuk nyata bagaimana pangan lokal bisa mendukung ekonomi kreatif sekaligus ketahanan gizi,” pungkasnya. (uty)

Related Articles

Back to top button