Menteri BUMN ke Cemarajaya

Minta Tumpahan Minyak Tuntas Bulan Depan
CIBUAYA, RAKA – Lamanya proses penyelesaian kebocoran minyak Pertamina menyita perhatian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno. Dia meminta, September mendatang, masalah ini diminta tuntas.
Bersama rombongan, Kamis (22/8) siang, Rini mengunjungi posko bersama kebocoran proyek PHE ONWJ (Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java) di aula Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya. Pasca kebocoran Pertamina YY-A 1 PHE ONWJ pada 12 Juli 2019, kini masih dalam penanganan pada oil spill atau tumpahan minyak.
Rini mengatakan, sejauh ini yang paling utama adalah masalah penanganan oil spill dari musibah kebocoran gas dari sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ). Dan saat ini sudah diapsang oil boom di sekeliling anjungan agar tumpahan minyak tidak mencemari pantai. “Tadi memang saya lihat juga dari heli, masih ada oil spill yang sedikit terlepas,” jelasnya, kepada Radar Karawang, Kamis (22/08).
Menurutnya, penanganan kebocoran gelembung gas yang terjadi di pantai Utara Karawang sangat baik, pasalnya banyak masyarakat yang turut membantu memebersihkan limbah minyak yang ada di pesisir pantai. Rini berharap selama penanganan kebocoran belum selesai jangan ada warga yang ke pantai. “Jadi sekarang ini anginnya angin barat, memang oil boomnya kita taruh semua di barat, tadi saya juga sudah mengatakan kepada pak Dharmawan (Direktur Pertamina Hulu Energy), mungkin sekarang sudah dipikirkan kemungkinan nanti anginnya akan berubah kapan, kita harus siapkan juga yang di Timur,” ujarnya.
Titik semburan sumur YY-A 1 ONWJ berada dilubang 9.000 kaki, kemudian sampai saat ini lubang kebocoran yang sudah ditangani 6.600 kaki, jadi masih kurang lebih 3.000 kaki lagi. Karena memang butuh waktu dan ketelitian. “Kita harapkan di September ini sudah tertutup,” paparnya.
Untuk menutupi kebocoran proyek Pertamina di pantai Cilamaya Karawang, melibatkan perusahaan Boots and Coots dari Amerika. Pasalnya Boots and Coots merupakan perusahaan spesialis untuk permasalahan kebocoran sumur, salah satunya perusahaan tersebut, pernah mengatasi kasus ledakan di lepas pantai Gulf Mecixo.
“Jadi mereka expert betul, selain Boots and Coots kita juga banyak memakai expert-expert dari luar, sehingga cross chek juga, bahwa kalkulasi pengeboran ini tepat atau tidak,” ujarnya.
Rini mnambahkan, adapun yang mengebor pembuatan sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) adalah perusahaan Halliburton. Dan saat disinggung soal sanksi hukum dari kebocoran Pertamina Hulu Energy yang berada di pantai utara Kabupaten Karawang, Rini Soemarno Menteri BUMN enggan menjawab dan langsung masuk ke dalam mobil.
Sementara itu, korban terdampak kebocoran minyak saat ini masih didata. Durahi Suwarli, kepala Bidang Perikanan Tangkap mengatakan, kebocoran minyak mentah di laut Karawang sangat berdampak terhadap nelayan, bahkan semua warga Karawang. “Kalau bicara dampak ya semuanya terdampak. Kalau untuk jumlah nelayan data sementara ada 7.800 nelayan. Tapi sekarang masih pendataan,” kata Durahim, kepada Radar Karawang, Rabu (21/8).
Sementara yang dirugikan karena alat tangkap, kata Durahim, hanya beberapa orang nelayan. Dari semua nelayan hanya ada 10 sampai 15 orang yang alat tangkapnya terkena minyak mentah. “Alat tangkap terkena dampak hanya beberapa nelayan. Salah satunya di Sungaibuntu ada lima orang. Itu akan diverifikasi harga alat tersebut berapa, dan kerugian lainnya apa,” pungkasnya. (cr4/nce)