GERBANG SEKOLAHHEADLINE

Menyambut Sekolah Tatap Muka

Siswa Senang, Guru Girang, Orangtua Tenang

KARAWANG, RAKA – Bulan Juli nanti atau saat tahun ajaran baru 2021 dimulai, pemerintah menjanjikan sekolah bisa menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di kelas. Meski syaratnya seabrek, kabar tersebut sudah cukup membuat siswa senang, guru girang, dan orangtua tenang.

Siswa SMAN 5 Karawang, Aditya Nugraha mengatakan, sampai sekarang dia belum mengenal jelas wajah semua teman-teman sekelasnya. Pasalnya, sejak dia resmi berstatus sebagai pelajar SMAN 5 Karawang, pembelajaran dilakukan secara online atau daring. “Kita belum pernah belajar tatap muka,” jelasnya kepada Radar Karawang.

Adit menambahkan, jika pihak sekolah memberlakukan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan, dia tidak keberatan. Pasalnya, selain ingin mengenal lebih jauh dengan teman sekelas, juga kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif. “Kadang kalau online itu jaringannya kurang bagus, jadi suka loading,” pungkasnya.

Akbar (27), guru SMK swasta di Kotabaru itu mengaku bergembira mendengar kabar pembelajaran tatap muka dimulai Juli. Menurutnya, kabar tersebut sudah sangat dinanti-nanti oleh para pendidik dan siswa maupun orangtua. “Akhirnya bisa bertemu anak-anak lagi di sekolah. Dan bisa memberikan ilmu secara langsung,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Ia melanjutkan, transfer ilmu sangat efektif jika berhadapan langsung dengan peserta didik. Karena akan ada interaksi antara guru dan siswa. Guru bisa langsung mengetahui berapa banyak siswanya yang belum memahami pengetahuan yang diajarkan, dan siswa bisa langsung bertanya kepada guru di kelas. “Jika dibandingkan dengan belajar online, tatap muka sangat efektif,” paparnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Eddi (26). Guru Pendidikan Agama Islam ini mengaku sudah tidak sabar bisa berjumpa dengan anak-anaknya di kelas. Menurutnya, pembelajaran tatap muka lebih efektif dibanding dengan online. “Kalau online banyak kendalanya. Dan kita juga tidak bisa langsung tahu apakah anak-anak mengerti tentang pengetahuan yang kita ajarkan,” katanya.

Orangtua siswa asal Desa Lemahabang, Rika mengatakan, proses belajar secara tatap muka di lingkungan sekolah dinilai lebih baik daripada belajar melalui handphone. Karena anak lebih banyak bermain ketimbang belajar ketika berada di rumah. “Lagian nambah pengeluaran buat kuota internet,” keluhnya.

Selain itu, kedisiplinan anak mulai mengendur karena tidak harus berangkat ke sekolah, lebih banyak bermain HP, dan menambah beban pekerjaan orangtua di rumah. Sementara, iuran dan daftar ulang harus tetap dibayarkan. Ia berharap, proses pembelajaran bisa secepatnya dikembalikan seperti biasanya. Dimana anak bisa bangun pagi, memiliki kegiatan ektrakurikuler di sekolah, bertatap muka dengan guru, selebihnya anak bisa berinteraksi secara langsung. “Lebih baik anak belajar di lingkungan sekolah daripada di rumah,” ujarnya.

Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Buana Perjuangan (UBP) Tia Latifatu Sadiah mengatakan, banyak hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran jarak jauh, terlebih bagi para siswa kelas 1 SD. Salah satu kendala umum adalah susahnya jaringan internet di beberapa daerah, yang tidak memungkinkan untuk melakukan pembelajaran daring secara efektif. Selanjutnya adalah tidak semua wali murid memiliki fasilitas yang sama dengan wali murid lainnya.

Kemungkinan masih ada orang tua yang tidak memiliki smartphone atau hanya memiliki handphone dengan fitur terbatas. Masalah kuota internet juga menjadi hambatan bagi para wali murid. “Hubungan emosional antara siswa dengan guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar,” katanya. (mal/rok/psn)

Related Articles

Back to top button