Barugbug Tercemar, Ridwan Kamil Didemo
KARAWANG, RAKA – Pencemaran air Bendung Barugbug tak pernah tuntas selama 15 tahun terakhir. Selama itu pula masyarakat harus menghirup bau tak sedap.
Pejabat dari instansi terkait dari tingkat kabupaten, provinsi hingga pusat silih berganti datang meninjau lokasi pencemaran. Tapi tidak juga membuahkan perubahan, pencemaran masih terus berlangsung.
Kesal dengan keadaan tersebut, warga terdampak pencemaran yang tergabung Forum Situdam Barugbug berunjuk rasa ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Di Kantor Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu, mereka meminta pencemaran Bendung Barugbug yang berasal dari perusahaan di Kabupaten Subang dan Purwakarta dihentikan.
Selama ini, warga Desa Situdam dan Desa Barugbug terpaksa harus menghirup udara yang bisa mengganggu kesehatan karena bau yang sangat menyengat. “Sudah puluhan tahun tapi tidak ada penyelesaian terhadap masalah ini. Kami warga sekitar yang menjadi korban pencemaran setiap hari harus menghirup udara yang bau,” kata Deni Pranata, koorlap pengunjukrasa di Gedung Sate, Kamis (25/7).
Ratusan warga dua desa mulai berangkat ke Bandung sejak pukul 05.00 pagi menuju kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Kami berangkat sejak subuh dan menggelar aksi pukul 10.00,” ungkapnya.
Mereka menuntut Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengatasi kondisi Bendung Barugbug yang sudah lama tercemar oleh beberapa industri dari Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta. Akibat tercemarnya sungai tersebut, warga tidak bisa lagi menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci dan mandi. “Kami warga sekitar ingin air sungai jernih kembali, tidak berbau, tidak beracun dan tidak hitam seperti sekarang,” tandasnya.
Saat aksi, warga diterima perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat yang berjanji akan menindaklanjuti aspirasi masyarakat Situdam dan Barugbug. “Jika masih tidak ada respon kami akan aksi di Istana Negara,” ancam Deni.
Sebelum berunjuk rasa ke kantor Gubernur Ridwan Kamil, Minggu (21/7), warga melakukan aksi simpatik di Bendung Barugbug dengan membentangkan spanduk di pagar bendungan. “Kalau musim hujan, aroma bau tak sedapnya tidak terlalu tercium dan warnanya gak terlalu hitam pekat kaya gini. Kita tentu resah, Bendungan Barugbung sudah terkontaminasi sama buangan limbah perusahaan dari Kabupaten Subang dan Purwakarta,” tutur Hasim (50), warga Dusun Krajan Desa Barugbug.
Menurutnya, jika perusahaan masih bandel membuang limbah ke Bendung Barugbug, tentu warga yang ada Desa Barugbug tidak akan diam saja. “Dulu, 15 tahun yang lalu air Bendungan Barugbug tidak hitam pekat dan bau, malah bening dan bersih. Bisa digunakan untuk cuci baju, berenang dan mancing. Semenjak sudah terkontaminasi, ya begini lah, sumber penghasilan warga pun jadi terganggu juga,” ungkapnya.(nce/acu)