HEADLINEMETROPOLIS

Belajar Online Lebih Ribet

Guru Layani Siswa Sampai Malam

KARAWANG, RAKA – Selain petugas kesehatan, guru adalah profesi yang paling direpotkan saat corona mewabah di negeri ini. Betapa tidak, mereka harus putar otak lebih keras untuk menyesuaikan pola pembelajaran yang biasanya tatap muka menjadi jarak jauh.

Berdasarkan hasil wawancara Radar Karawang dengan 53 guru sekolah dasar hingga SMA sederajat, PNS maupun honorer, para pahlawan tanpa tanda jasa ini dituntut berinovasi sekreatif mungkin, agar bahan ajar yang nantinya disampaikan ke peserta didik tidak membosankan. Untuk membuat bahan ajar yang selaras dengan pola daring tidak mudah. Apalagi jika tidak didukung oleh perlengkapan yang memadai, semisal smartphone, laptop, jaringan internet, dan tentu saja pulsa.

Jika biasanya mereka bisa menikmati akhir pekan dengan keluarga tanpa dibebani oleh pekerjaan, selama pembelajaran jarak jauh, mereka menghabiskan akhir pekan dengan menyiapkan bahan ajar, agar bisa diberikan kepada peserta didik hari Senin hingga Jumat. Meski belakangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengarahkan para siswa untuk menonton materi pelajaran di televisi pemerintah.

Leni, guru sekaligus pembina OSIS SMAN 1 Ciampel mengatakan, saat corona mewabah tidak ada kata libur bagi guru. Pasalnya pembelajaran menggunakan metode jarak jauh alias via internet. Agar tidak membosankan, para guru harus lebih kreatif membuat metode pembelajaran yang menyenangkan dan tidak memberatkan siswa. “Tapi sebaik-baiknya metode daring tetap saja rindu sekolah alias bertatap muka,” ungkapnya kepada Radar Karawang, kemarin.

Rinrin Khoerunisa, guru MI Nurul Huda Cikampek mengatakan, selama pembelajaran jarak jauh, dia harus membuat video pembelajaran dan sesekali memberikan tugas kepada murid-muridnya. “Saya juga video call dengan murid-murid,” tuturnya.

Cindra Laela, guru SMK TI Muhammadiyah 1 Cikampek mengatakan, pembelajaran melalui internet menjadi tantangan tersendiri. Selain harus kreatif, guru juga harus lebih sering menyapa anak-anak didiknya. “Bahkan sampai larut malam ada saja siswa yang bertanya. Tapi itu tidak jadi masalah, yang penting siswa tetap bersemangat belajar,” tuturnya.

Sementara Adi Dewi Sartika, kepala SMP IT Sehati Bina Insani mengatakan, selama wabah corona kegiatan belajar siswa terus dipantau. Jika ada peserta didik yang pasif saat pembelajaran jarak jauh, pihaknya melakukan home visit. “Kami juga menjalin komunikasi aktif dengan para orang tua siswa. Alhamdulillah, kegiatan pembelajaran berjalan lancar,” katanya.

Heri Budiman, guru SMKN 2 Karawang mengatakan, selama bekerja di rumah, guru harus menyiapkan soal-soal untuk ujian karena minggu ini anak-anak SMK sedang mengikuti penilaian akhir semester. “Untuk libur pun guru masih tetap bekerja di rumah, karena harus menyiapkan dengan matang RPP, silabus untuk tahun ajaran baru,” katanya.

Merry, guru SD Sabilul Muttaqin mengatakan, guru tidak libur selama wabah corona. Karena tetap mengajar jarak jauh dari hari Senin hingga Sabtu. Menurutnya banyak kendala saat anak belajar di rumah, karena guru tidak bisa langsung menjelaskan kepada peserta didik, apalagi dia mengajar kelas 1. “Anak biasanya harus dibimbing langsung. Kadang ada juga orang tua yang mengeluh karena harus mendampingi anaknya belajar,” ujarnya.

Ikeu Hendradianti, guru SMK TI Muhammadiyah 1 Cikampek mengatakan, banyak media yang bisa digunakan selama pembelajaran jarak jauh. Seperti video call, voice note. Terpenting, menurutnya tetap bisa berkomunikasi dengan para siswa dan memberi solusi pembelajaran. “Peserta didik juga harus terus diberi motivasi, agar mereka bisa menghadapi situasi ini dengan baik,” katanya.

Berbeda dengan Tanimah, guru SLB Cahaya Bangsa, dia dan para guru di sekolahnya selain memberikan pembelajaran melalui internet, juga mendatangi rumah peserta didik. “Kangen berkumpul dengan anak-anak SLB di kelas,” ungkapnya.

Sri Mulyani, guru SDN Margakaya mengatakan, jika ada anak yang tidak memiliki handphone, dia memintanya untuk mendekat ke siswa lain yang memiliki handphone agar bisa mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas. “Setidaknya walaupun mereka tidak punya handphone, tapi tetap bisa mengikuti pembelajaran saya secara daring,” katanya. (mal/nce/acu/rok/din/mra)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by MonsterInsights