BERHARAP TIDAK BANJIR LAGI: Eneng (55) warga Dusun Krajan A RT 02/05, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok, duduk di beranda rumahnya yang setiap tahun selalu terendam luapan air Citarum.
CIKAMPEK, RAKA – Tik tik tik bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua..
Penggalan lirik lagu berjudul “Tik Tik Tik Bunyi Hujan” yang diciptakan Ibu Sud, itu begitu dikenal oleh anak-anak yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Liriknya ringan, tapi penuh makna dan menggembirakan.
Namun, kegembiraan menyambut hujan, tidak dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di bantaran sungai. Mereka setiap musim hujan selalu was-was karena menjadi langganan banjir.
Entas (64) warga Blok J BMI, Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, berharap setelah sipon diperbaiki, sungai Cikaranggelam tidak lagi meluap saat musim hujan. “Mudah-mudahan saja tahun ini kita gak kebanjiran lagi,” kata Entas kepada Radar Karawang, Selasa (4/11).
Ia melanjutkan, meski banjir tidak sampai berhari-hari, namun menghambat aktivitasnya. “Banjirnya emang gak lama, paling lama itu sehari semalam. Tapi airnya sampai masuk ke rumah setinggi satu meter,” ungkapnya.
Bosan dilanda banjir, Entas sempat berencana menjual rumah yang saat ini didiaminya. Namun, rumah miliknya hanya ditawar dengan harga yang sangat murah. “Bingung saya juga, mau dijual juga murah. Pasrah aja lah,” keluhnya.
Warga lain, Halimi (50) mengatakan, Blok J merupakan daerah yang pasti merasakan banjir jika musim hujan datang. “Blok J pasti kebanjiran. Banjirnya paling pertama dan surutnya paling terakhir,” ujarnya.
Uun (38) warga Dusun Krajan A RT 05/02, Desa Kertasari, Kecamatan Rengasdengklok mengatakan, suaminya tengah membuat balai bambu untuk alas kasur, supaya saat terjadi banjir kasurnya bisa diselamatkan alias tidak terendam air. Bukan hanya itu, Uun juga sudah mengurug sebagian depan rumahnya dengan pecahan batu-bata, agar air tidak mudah masuk ke rumah. Antisipasi itu dilakukan karena dia menduga akan terjadi banjir lagi, sebab selama ini cuaca yang dirasakan sangat panas. “Kalau musim hujan di sini pasti banjir, walaupun tidak seperti sekitar lima tahun yang lalu sampai mengungsi,” jelasnya.
Beberapa tahun ke belakang, warga Dusun Krajan A RT 02/05 banyak yang mengungsi dan mendirikan tenda seadanya di tengah Jalan Katalaya. Kata Uun, ketinggian air sampai dada orang dewasa, namun kalau hujanya tidak lama, paling ketinggian air sampai betis atau lutut. “Kalau hujannya dari pagi sampai sore, kemungkinan besar pasti mengungsi lagi. Makanya tahun ini khawatir terjadi banjir besar, soalnya sudah lama belum banjir sampai dada lagi,” katanya.
Senada yang dikatakan Rohaya (43), saat terjadi banjir sekitar lima tahun yang lalu, dirinya turut mengungsi dan tidur di tenda. Terlebih waktu itu dirinya memiliki bayi yang baru lahir satu hari. Terpaksa Rohaya harus menggendongnya sampai ke tempat pengungsian. “Waktu itu anak saya baru lahir, sekarang anak saya sudah usia 6 tahunan,” katanya sambil mengenang sekaligus memmpraktikan cara menggendong bayi.
Banjir langganan di Dusun Krajan A yang berada di bawah tanggul Citarum selain berada di dataran rendah, juga disebabkan minimnya drainase, ditambah posisi rumah satu ke rumah lainnya sangat berdekatan. Sehingga wajar lokasi tersebut rentan terjadinya banjir. “Kalau bisa dibuatkan saluran air, supaya gak banjir terus, karena di sini gak ada saluran airnya,” kata Rohaya.
Eneng (55) yang sejak berumah tangga sudah tinggal di Dusun Krajan A RT 02/05 Desa Kertasari, mengaku sudah beberapa kali mengalami korban banjir, sehingga dirinya tak mau membeli lemari dari kayu. “Takut banjir lagi nanti cepet rusak, makanya sekarang cuma pakai lemari plastik saja,” kata emak Eneng yang memiliki tujuh cucu.
Persoalan sama juga terjadi di perkotaan Karawang. Setiap musim hujan, genangan air selalu terjadi di Jatirasa Tengah.
Lurah Karangpawitan Kecamatan Karawang Barat Dodo Wijaya mengatakan, jauh sebelum musim hujan, dia sudah mengajak semua masyarakat melalui ketua RT dan ketua RW, untuk kerja bakti pembersihan saluran. “Langkah antisipasi menjelang musim hujan sudah kami lakukan, dengan melakukan kerja bakti membersihkan saluran dari sampah,” kata Dodo.
Dikatakan Dodo, masalah genangan air di wilayah Kampung Jatirasa memang sering menjadi masalah saat datangnya musim hujan. “Karena datarannya rendah, jadi air susah untuk mengalir,” katanya.
Menurutnya, masalah tersebut sudah sering dibahas namun belum ada solusi. Ia pernah mengusulkan dan membahas kondisi itu dengan dinas terkait, dan beberapa pejabat terkait lainnya. Namun itu juga belum mendapatkan hasil atau tindak lanjut dari pemerintah daerah.
Onah (43) warga Jatirasa Tengah RT 02 RW 04 mengatakan, saat turun hujan kemarin, jalan di depan rumahnya dipenuhi oleh air yang tergenang selama beberapa puluh menit. Kondisi itu disebabkan karena tersendatnya saluran air, sehingga air hujan atau air dalam saluran tidak bisa mengalir dengan baik. “Kalau dulu sebelum salurannya ditutup pake itu (U ditch) tidak banjir,” ujarnya. (psn/nce/mra)