BUMDes Ligar Mandiri tak Berkembang
DIPASANG SPANDUK : Toko BUMDes Ligar Mandiri tutup, bahkan bagian depannya dipasang spanduk Covid-19.
TELUKJAMBE BARAT, RAKA – Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Ligar Mandiri Sejahtera, Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat nampak hidup segan mati pun enggan. Dalam satu tahun terakhir, aktivitas usaha BUMDes tersebut sangat lesu. Bahkan toko BUMDes yang masih satu lingkungan dengan kantor kepala desa jarang terlihat buka.
Staf BUMDes Ligar Mandiri Sejahtera Nardi Sinardi menyampaikan, ada 3 bentuk usaha di BUMDesnya, yakni bidang jasa dan niaga. BUMDes di desa tersebut berdiri sejak tahun 2016, dan memulai usaha sejak 2017. Sejak saat itu sampai sekarang 2 usaha yang dijalankan adalah jasa e-payment dan penjualan gas. “e-payment seperti pembayaran listrik dan sebagainya,” terangnya, Selasa (21/4).
Nardi mengatakan, sejak 2019 kemarin kedua usaha tersebut mulai redup. Hal ini disebabkan cara pembayaran mobile sudah banyak digunakan masyarakat melalui gawai pribadi. Saat ini BUMDes mengandalkan pembelian listrik untuk keperluan kantor desa. “Gas juga dari 2019 gak ada yang kirim, harganya juga jadi mahal, karena kita kan ngambilnya masih dari pangkalan gas,” ucapnya.
Harga gas yang relatif naik membuat pihak BUMDes kebingungan untuk menentukan harga jual. Hematnya, masyarakat menuntut harga yang relatif lebih murah karena mereka berpikir BUMDes merupakan bantuan dari desa. Sedangkan jika demikian, laba yang didapat BUMDes dari usaha tersebut tentunya hanya sedikit.
Dari penuturannya, BUMDes Ligar Mandiri Sejahtera saat ini hanya diurusi oleh 2 orang, yakni Endang sebagai direktur dan dirinya yang merangkap berbagai posisi jabatan. Pengurus UMDes lainnya dirasa mati suri, perekrutan orang baru pun nampaknya sulit karena minimnya honor. “Saya juga dari 2016 sampai sekarang cuma dapat Rp500 ribu,” akunya.
Lebih lanjut ia menyampaikam, sejak 2019 tidak ada anggaran desa yang dialokasikan untuk BUMDes. Pihaknya sendiri merasa bingung akan digunakan untuk apa dana tersebut jika dianggarkan. Ia melihat di desa Karangligar tidak ada potensi usaha yang menjanjikan. “Kalau desa lain kan bisa (kerjasama) ke perusahaan, kalau disini mah gak ada,” ucapnya.
Meski demikian, pada tahun lalu, BUMDes yang dikelolanya masih menyumbang pendapatan asli desa sebesar Rp2 juta. Sisa laba yang diserahkan kepada komisaris BUMDes untuk keperluan operasional BUMDes, namun ia tak menyebutkan berapa laba bersih yang diperoleh setahun kemarin. “Di akhir masa jabatan sekarang kita fokus mengembalikan modal yang sudah keluar sesuai dengan perbelanjaan-perbelanjaan,” terangnya. (din)