METROPOLIS

Buruh Tani Sulit Sejahtera

AMBIL PADI: Seorang petani di Kecamatan Rawamerta sedang mengambil padi, beberapa waktu lalu.

KARAWANG, RAKA – Jika Karawang disebut lumbung padi, seharusnya kehidupan buruh tani mapan. Karena sebagian besar kebutuhan beras Jawa Barat berasal dari Karawang.

Tapi kenyataannya tidak demikian. Yang menikmati hasil panen adalah tuan tanah dan para calo atau biasa disebut tengkulak. Mereka lah yang mengeruk keuntungan dari hasil panen. Sedangkan buruh tani hanya dibayar alakadarnya sesuai dengan kesepakatan dengan tuan tanah.

Mpi Kurnadi, warga Jatimulya, Desa Karyasari, Kecamatan Rengasdengklok, contohnya. Sejak muda sudah menjadi buruh tani, namun kehidupan tidak menjadi lebih baik hingga saat ini.

Dia memilih menjadi kuli tani karena tidak ada modal untuk berdagang. Dan hanya mengenyam pendidikan sampai bangku sekolah dasar. Menurutnya penghasilan kuli tani tidak menentu, bahkan dirinya harus meminjam uang untuk biaya kehidupannya sehari-hari. “Dari muda sudah jadi buruh. Sekarang saya udah umur 53 tahun,” jelasnya.

Ia melanjutkan, sejak 2018 hasil tani tidak pernah bagus, padahal sering diberi obat. Namun tetap saja hasilnya kurang memuaskan. Dia mengaku sampai saat ini belum ada bantuan. “Paling dulu pernah diberi bibit 10 kilogram, tapi tetap saja ngambilnya harus bayar ke Gapoktan,” katanya.

Dia berharap kepada pemerintah agar menaikan harga padi, jangan sampai biaya hidup naik, sedangkan harga padi turun. “Kerja capek tapi harga gabah murah hanya Rp3.500 per kilogram,” katanya.

Persoalan hidupnya tambah pelik karena harus menyekolahkan anaknya. Namun tidak ada pilihan lain selain menjadi buruh tani. “Sekarang hambatannya itu banyak tikus, ini aja banyak yang gagalnya dibanding padi yang bagusnya,” pungkasnya. (mra)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Verified by MonsterInsights