Dikarantina 12 Hari
Rindu Orang Tua
KARAWANG, RAKA – Derap langkahnya seirama. Suaranya hentakannya tidak kalah dengan siswa, badannya pun tegap namun tetap anggun. Porsi latihan siswi yang menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kabupaten Karawang pun sama dengan siswa.
Ada satu motivasi yang membuat mereka tetap kuat menjalani latihan sejak tanggal 5 Agustus 2019, yaitu dukungan orang tua. Calon Paskibraka Karawang Mila Pujiatin Irina mengatakan, dia dan 50 teman-temannya sudah siap menjadi pengibar bendera Sang Saka Merah Putih saat Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia di Tugu Proklamasi Rengasdengklok. “Sudah siap. Latihannya pun terus menerus setiap hari pagi dan sore,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Mila yang kesehariannya menimba ilmu di SMKN 1 Karawang mengatakan, meski terasa capek karena latihan di bawah terik matahari, tidak membuatnya patah arang. Dukungan orang tua menjadi motivasi tersendiri dara yang bercita-cita jadi dokter militer ini. “Sebenarnya capek, tapi banyak yang memberi semangat. Diantaranya dukungan orang tua,” tuturnya.
Ia melanjutkan, dibanding latihan paskibra di sekolah, menjadi paskibraka jauh lebih capek. Suasananya pun sangat jauh berbeda. “Kalau di sekolah lebih santai. Tapi sekarang lebih disiplin,” ujarnya.
Mila berharap setelah menjadi Paskibraka Kabupaten Karawang, dia bisa lebih disipilin dan berkarakter, serta memiliki mental dan fisik jauh lebih baik dibanding sebelumnya. “Saya bangga jadi paskibraka,” ungkapnya.
Pera Hermalia, anggota paskibraka lainnya mengatakan, selama mengikuti masa latihan, fisik serta pikirannya terkuras. Namun dia tetap bangga menjadi paskibraka. “Bangga karena tidak mudah,” ujarnya.
Ia berharap saat hari H nanti, paskibraka yang sudah dilatih oleh TNI dan Purna Paskibraka Indonesia bisa menjalani tugas dengan baik. “Mudah-mudahan bisa menampilkan yang terbaik,” tutur siswi SMKN 1 Tirtamulya itu.
Sabilla Agysta, siswi SMAN 3 Karawang yang juga anggota paskibraka mengatakan, selama mengikuti pendidikan dan latihan tenaganya terkuras. Namun, itu tidak membuatnya menyerah. “Saya bangga menjadi paskibraka,” tuturnya.
Mengikuti masa karantika berhari-hari, menurut Sabilla membuatnya rindu dengan orang tua. Tapi dia punya cara tersendiri untuk mengobati rasa tersebut. “Foto orang tua saya pajang di kamar. Jadi kalau lagi kangen, tinggal lihat fotonya,” katanya. (nce/psn)