Ekspresi Seni Jalanan di Taman Galuh Mas
LADIES ON WALL: Sejumlah seniman perempuan menggoreskan cat di Taman Galuh Mas.
KARAWANG, RAKA – Bukan sembarang menggores, tetapi goresan ini sarat makna sekaligus menjadi inspirasi pelaku seni jalanan di Karawang untuk mengekspresikan ide dalam bentuk hasil karya gemilang.
Makna ini yang tersirat dalam kegiatan gores menggores di Taman Galuh Mas, kemarin. Kegiatan yang dibalut tema ‘Membuka Ruang Koneksi dan Interaksi antar Seniman Jalanan dan Publik Seni’ ini merupakan rangkaian program ‘Ekspresi Seni di Ruang Publik’ yang diluncurkan Direktorat Kesenian Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kali ini memfasilitasi Komunitas ‘Ladies on Wall’ (LoW) dan Komunitas Performance Art Karawang. Ladies on Wall’ adalah komunitas seniman urban dan graffiti yang terbentuk sejak 2014 yang hingga saat ini telah menjadi wadah untuk para seniman wanita yang semangat dan antusias pada seni jalanan (street art), kini anggotanya tersebar di beberapa daerah.
Hadir dalam kegiatan tersebut seniman Alodya, Annurat dan Aprilia Cantik. Selain seniman Dean, Dakjoah, Fied, Guzy, Haide, Iecha, Kare, MNDY, Naysh, Nurnus, Onde, Rose, Trisn dan Wonderyash.
Kegiatan ini juga diramaikan Karawang Hip-Hop Squed, Karawang Beatbox, X Karinding, Unity Dance Karawang, dan KPBS. “Kami sangat mengapresiasi para seniman jalanan atau komunitas seni urban yang berkarya dan berekspresi secara mandiri, antusias mengisi ruang-ruang publik dengan berkesenian yang dapat memperindah kota, lingkungan dan sekaligus memberi hiburan alternatif bagi masyarakat luas,” ucap Direktur Kesenian Restu Gunawan, kemarin.
Restu berharap dengan inisiasi dan fasilitasi kegiatan ini bisa menjadi panggung yang memberikan kesempatan kepada seniman urban atau seniman jalanan untuk berekspresi dan berkreasi, tidak hanya di jalanan tetapi juga di ruang publik yang lebih prestisius, seperti halnya di kawasan Taman Mal Galuh Mas Karawang. Kegiatan itu sendiri, lanjut Restu sejalan dengan agenda strategis pemajuan kebudayaan, yakni menyediakan ruang bagi keragaman ekspresi budaya dan mendorong interaksi budaya untuk memperkuat kebudayaan yang insklusif. “Kegiatan ini menjadi wadah bagi para seniman-seniman jalanan wanita Indonesia untuk dapat berkreasi di ruang publik, memberikan kesadaran pada masyarakat dan memerdayakan seniman wanita di Indonesia,” ucap Restu. (ari)