Fasilitas di Candi Blandongan Minim Perhatian
Tong Sampah Kurang, Kamar Mandi Rusak
KARAWANG, RAKA – Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan sejarah yang komplet, baik candi maupun pemakaman penyebar agama Islam. Hanya saja, fasilitas yang ada di tempat-tempat bersejarah ini tidak terpelihara dengan baik, bahkan tidak memiliki fasilitas penunjang memadai seperti di Candi Blandongan, Kecamatan Batujaya.
Juru Pelihara Candi Blandongan Mahmud Syarifudin menyampaikan fasilitas yang perlu di tambahkan seperti tong sampah. Sepanjang jalan menuju lokasi candi tidak terlihat adanya tempat pembuangan sampah. Kemudian di dalam candi pun hanya ada sebanyak 4 unit tempat sampah. Selain itu untuk mesin pemotong rumput di lokasi pun telah banyak yang rusak. Saat ini hanya terdapat 1 unit mesin pemotong rumput yang masih dapat digunakan. “Di sini kita selalu dituntut untuk menjaga kebersihan tetapi tong sampahnya masih sedikit. Kalau banyak tong sampah pengunjung tidak membuang sampah secara sembarangan,” ujarnya, Jumat (2/8).
Selain fasilitas peralatan, adapula perbaikan untuk fasilitas bangunan. Bangunan penyimpanan barang dan tempat untuk istirahat pengunjung telah dalam kondisi rapuh. Kemudian untuk bangunan kamar mandi pun diperlukan adanya perbaikan. “Kamar mandi disini sudah ada tapi belum layak, itu juga bantuan dari umat Budha saat pembuatannya.
Lampu penerangan disini juga masih kurang, semoga ke depan bisa dibuatkan shelter. Papan informasi juga hanya satu dan ukurannya kecil. Kita meminta agar pemerintah lebih memperhatikan lagi fasilitas yang ada di sini,” jelasnya.
Pengunjung yang datang ke lokasi hingga sekarang ada sebanyak 3.000 orang, berasal dari wisatawan lokal dan mancanegara. “Candi ini awal ditemukan di tahun 1984 dari Universitas Indonesia, saat itu mereka sedang meneliti di daerah Cibuaya lalu mendapatkan informasi dari masyarakat setempat kalau di Batujaya ada gundukan pasir seperti di Cibuaya. Disini ada 62 lapis dari bawah sampai atas,” terangnya.
Selanjutnya untuk pemberian nama berasal dari keadaan tempat dan kondisi yang ada di masyarakat. Ia melanjutkan nama Blandongan diambil dari adanya Blandongan di atas bukit dan digunakan sebagai tempat istirahat petani.
“Blandongan ini dulunya ada gubuk kecil di atas yang dinamakan Blandongan. Untuk perawatan ada yang dari pemerintah dan ada juga yang dari pengunjung. Pengunjung bisa memberikan seikhlasnya mereka,” lanjutnya.
Di kawasan Candi Blandongan terdapat 2 kolam yang digunakan sebagai tempat pembuangan air dari candi. Ia menambahkan telah membuat saluran penampung air yang mengalirkan air pembuangan menuju sumur, kemudian air dari sumur akan dialirkan menuju kolam. “Di sini ada 4 Candi Purwara atau candi penunjang dari candi inti, sekarang hanya tinggal bebatuan fondasi candi. Sekarang masih dalam pembicaraan dari peneliti ingin ditutup atau dibuka,” tutupnya. (nad)