HEADLINEMETROPOLIS

Hanya 500 Angkot yang Masih Beroperasi

TUNGGU PENUMPANG: Sopir angkot tunggu penumpang di pinggir jalan.

KARAWANG, RAKA – Seiring dengan kemajuan zaman, angkutan kota (angkot) saat ini sudah mulai ditinggalkan penumpang. Saat ini, Dinas Perhubungan (Dishub) Karawang mencatat hanya 500 angkot yang masih beroperasi. Kabid Angkutan Dishub Karawang Dikhy Prayoga mengatakan, meski tidak ada laporan pengurangan kepada Dishub, namun ia juga mengakui jika jumlah angkot di Karawang sudah semakin menyusut. Saat ini yang masih tersisa diperkirakan sekitar 500 lebih unit angkot yang beroperasi. Selama pandemi Covid-19 yang mewabah hampir 2 tahun ini, diketahui ada 24 angkot yang dibesituakan atau dijual rongsok. Namun unit-unit tersebut tidak dilaporkan secara resmi ke Dishub. “Dari 500 angkot ini yang mengurus izin administrasi atau uji kir nya juga paling 100 unit. Info yang dibesituakan itu kami dapat laporan dari korlapnya,” katanya, Rabu (20/10).

Dikhy mengatakan, pada HUT Karawang September lalu, pihaknya membuka program pelayanan uji kir gratis untuk 388 angkot. Namun sampai akhir September hanya 37 angkot yang diuji kir. “Kemarin banyak yang terkendala karena pajak yang mati jadi gak bisa uji kir,” jelasnya. Sedangkan untuk trayek, lanjut Dikhy, dari 55 trayek yang ada berdasarkan SK Bupati Tahun 2009 hanya 32 trayek yang aktif. Untuk trayek lainnya tidak aktif karena belum ada pengusaha angkot ke rute tersebut. “Untuk trayek belum ada revisi. Masih 55 sesuai SK Bupati 2009,” ujarnya.

Menurutnya, kehadiran angkot memang masih dibutuhkan oleh masyarakat. Karena walaupun saat ini sudah hadir angkutan-angkutan online, tetapi tidak semua masyarakat di Karawang menggunakan angkutan online. Masih ada sebagian masyarakat yang menggunakan angkot atau angkutan konvensional. Tetapi, pihaknya juga belum bisa memberikan program inovasi untuk persoalan angkot ini. “Sempat ada bahasan Bappeda ada revitalisasi angkutan umum. Entah bentuknya subisidi dari pemerintah atau seperti apa. Misalnya 3 mobil jadi 1 tapi AC,” ujarnya.

Selain itu, menurut Dikhy, program inovasi untuk angkot ini bisa diberikan melalui Dinas Koperasi, bantuannya melalui koperasi angkot yang sudah ada. “Misalnya pengecatan atau seperti apa melalui koperasi. Karena ada koperasi angkot. Angkot yang tergabung dalam koperasi tersebut mereka selalu melakukan uji kir melalui iuran koperasi. Timbal baliknya dari kita harusnya ada bantuan terhadap mereka,” ujarnya.

Namun menurut Jeki (37), seorang sopir angkot yang sudah berpengalaman selama 15 tahun mengatakan, saat ini bagus atau tidaknya fisik kendaraan angkot tidak menjadi ukuran penumpang. Sehingga jika ada program bantuan untuk mempercantik kendaraan juga tidak akan berpengaruh terhadap minat penumpang. “Kalau dulu emang iya, angkot butut itu kadang penumpang gak mau. Nunggu dulu yang rada bagusan. Kalau sekarang tidak. Angkot kaya gimana pun langsung naik penumpang mah,” ujarnya. (nce)

Related Articles

Back to top button
Verified by MonsterInsights