HEADLINE
Trending

Budidaya Kopi Sanggabuana Meluas

Potensi Produksi 4,2 Ribu Ton Setahun

KARAWANG, RAKA- Budidaya kopi Sanggabuana yang memiliki luas 5.620 hektare di wilayah Karawang Selatan berpotensi menghasilkan 4.215 ton bijih mentah per tahun atau setara 168,6 milliar, dan diperkirakan akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 105.375 orang. Namun yang menjadi kedala yaitu belum ada pembinaan secara khusus untuk meningkatkan produksi.

Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dadan Danny mengungkapkan untuk hasil budidaya kopi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 5.620 hektare dengan produksi 4.215 ton dalam satu tahun untuk green bean atau biji mentah. Adanya peningkatan dapat menyerap tenaga kerja.

“Tentunya harus ada kolaborasi antara petani, pengelola dan pembudidaya kopi. Dalam jangka panjang budidaya kopi Sanggabuana meningkat 8 kali lipat sekitar 5.620 hektar dengan potensi produksi 4.215 ton per tahun untuk green bean. Setra dengan nilai ekonomi kurang lebih 168,6 milliar per tahun dan diperkirakan akan mampu menyerap tenaga kerja 105.375 orang,” ungkapnya beberapa hari lalu.

Kemudian di PPIG sekarang pun telah ada 9 unit alat yang digunakan untuk pengolahan kopi. Selain itu memiliki 3 karyawan bertugas sebagai penangkar benih. Jumlah pelaku usaha kedai kopi di sana ada 15 orang.

“Kita menanam di kaki Gunung Sanggabuana, secara geografis awalnya 736 hektare dengan jumlah produksi 354 ton yang dikelola oleh Perkumpulan Petani Indikasi Geografis Kopi Robusta Jafa Sanggabuana dengan 14 kelompok tani dan 372 petani, 9 unit pengolah hasil, 3 orang penangkar benih, serta 15 pelaku usaha kedai kopi,” tambahnya.

Dadan menyebut Karawang belum memiliki lahan khusus untuk perkebunan kopi, dan sampai saat ini masih memanfaatkan lahan di wilayah Kaki Gunung Sanggabuana, Tegalwaru, Pangkalan, dan Ciampel.

“Kita tidak punya lahan perkebunan, masih menggunakan tanah Perhutani jadi kita sisipkan di sana. Kendala lainnya belum ada pembinaan secara khusus untuk meningkatkan produksi. Saat panen itu diusahakan yang matang penuh,” tutupnya.

Jai Sarifudin, Sekretaris Perkumpulan Petani Indikasi Geografis (PPIG) mengatakan pihaknya memiliki lahan seluas 380 hektare yang mampu menghasilkan 360 ton kopi per tahun.

“Kami perkumpulan petani kopi yang ada di sekitar Gunung Sanggabuana. Luas kebun kami 380 hektare, kemudian anggotanya 140 orang. Kemarin terakhir itu sampai 360 ton per tahun,” ujarnya.

Ia mengaku masih merasa sulit untuk memenuhi pesanan akibat cuaca panas dan perawatan yang tidak maksimal. Selain itu mereka pun tidak mempunyai ketersediaan biji kopi untuk digiling.

“Kandungan tanah di kami ada mikroba tertentu yang hanya hidup di sana yang menjadi pembeda. Secara kuantitas masih terbatas, permintaan banyak sementara belum bisa menyanggupi.

Kemarin hampir gagal panen karena cuaca yang panas dan tanaman menjadi kering, perawatan juga belum maksimal. Saat panen itu langsung habis hasilnya, kita belum bisa ada stock kopi dan sekarang sudah mulai habis,” jelasnya.

Jai menginginkan adanya bantuan mesin yang dapat meningkatkan produksi. Pertama mesin haller atau giling, dan kedua mesin untuk menyortir warna biji kopi.

“Fasilitas seperti mesin haller juga kurang, sortasi warna untuk membedakan kualitas biji kopi agar dapat terpisah sendiri,” paparnya.

Perkumpulan itu berhasil memperoleh sertifikat jaminan mutu untuk kopi yang dihasilkan. Sertifikat ini diberikan oleh Kementrian Hukum Indonesia. Meskipun begitu, hingga sekarang cara pengolahan masih menggunakan alat yang semi modern.

“Ini adalah sertifikat geografis untuk bukti jaminan mutu kopi karena sudah diakui oleh Kementrian Hukum Republik Indonesia. Kami menggunakan alat semi modern,” jelas Sekertaris PPGI.(nad)

Lahan Tanaman Kopi
5.620 hektare
Hasil setahun
4.215 ton
Pengasilan
168,6 milliar per tahun

Tanaman tersebar di wilayah
Tegalwaru
Pangkalan
Ciampel

Related Articles

Back to top button
Verified by MonsterInsights