Gaun Berbahan Plastik – Hasil Olahan Siswa SMAN 3 Cikampek
KARAWANG, RAKA – Sampah plastik yang biasanya kita buang begitu saja ke tempat sampah, ternyata bisa diolah menjadi barang pakai. Di tangan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Cikampek, sampah plastik bisa diolah menjadi sebuah gaun.
Guru SMAN 3 Cikampek Lia Yulianti menyampaikan, berawal dari adanya sampah plastik yang banyak di sekolah dan adanya program Rama Shinta, maka terciptalah gaun dari sampah plastik. Sebelum menyusun pola, ia bersama dengan stakeholder dan siswa mengumpulkan sampah plastik terlebih dahulu.
“Pada awalnya saya bersama dengan rekan-rekan di sekolah itu ada banyak sampah plastik, terutama sekolah kami belum Adiwiyata. Kemudian kerjasama dengan guru seni untuk menghasilkan karya, kebetulan di sekolah kami ada program Rama Shinta. Dari situ kami membuat gaun dari sampah plastik. Setiap kelas membawa warna plastik yang berbeda, kalau yang warna pink ini kami menggunakan pilox,” ujarnya, Sabtu (27/4).
Setelah bahan dasar dikumpulkan, selanjutnya memasuki tahap penentuan ide untuk membuat pola gaun. Proses pembuatan gaun itu membutuhkan waktu selama 3 bulan. Lia menjelaskan, proses pembuatan dilakukan ketika adanya mata pelajaran seni budaya dan ketika jam pulang sekolah. Hal ini bertujuan agar tidak mengganggu jam belajar mengajar. “Kemudian kami memberikan kebebasan kepada anak untuk mencari ide pola membuat gaun. Setelah menemukan ide, mereka konsultasi dengan wali kelas masing-masing. Kurang lebih 3 bulan, jadi kami pertama mengumpulkan sampah di setiap hari Jumat. Kemudian kita pilah pilih sampah, setelah itu kita mulai menyusun rencana bersama dengan semua stakeholder sekolah, selanjutnya di masukan ke dalam program kesiswaan. Pembuatan setiap mata pelajaran seni budaya supaya tidak mengganggu pelajaran yang lain, kecuali ketika ada hal di luar kami perbolehkan di luar pelajaran itu pun saat jam pulang sekolah,” jelasnya.
Tidak hanya menggunakan bahan dasar sampah plastik saja, gaun tersebut pun terbuat dengan bahan tambahan yang berasal dari barang tidak terpakai di rumah. Meski begitu ia mengaku masih memerlukan biaya tambahan ketika proses pembuatan. Sejauh ini gaun ini belum untuk di pasarkan di luar sekolah. Gaun hanya akan digunakan sebagai kostum ketika ajang Rama Shinta. “Bahan dasarnya semuanya dari sampah plastik. Kendalanya itu semangat anak-anak yang masih naik turun. Kita sebagai guru terus memberikan semangat kepada mereka. Kemudian kalau biaya lumayan mahal, tapi bisa diselesaikan dengan cara iuran bersama. Ada juga bahan yang dibawa dari rumah siswa masing-masing. Kalau untuk sekarang belum diperjual belikan tapi pernah digunakan sebagai kostum saat ajang Rama Shinta di sekolah,” tutupnya. (nad)