Indikator Kinerja Utama Pertanian Disorot – Paling Rendah Dibanding Sektor Lain
KARAWANG, RAKA – Pencapaian pembangunan di Kabupaten Karawang belum merata. Masih ada sekitar yang masih belum mencapai target, bahkan mengalami penurunan seperti di sekotor pertanian.
Teti Komalayani, Kabid perencanaan pengendalian evaluasi pembangunan daerah menyampaikan terkait capaian pembangunan dapat dilihat dari indikator makro dan indikator kinerja utama (IKU). Pada tahun 2023 ada beberapa sektor yang telah melampaui angka 100 persen. Meski begitu masih ada satu komponen yang mengalami penurunan. “Kalau capaian pembangunan itu dilihat dari indikator makro dan IKU menjadi tolak ukur keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. Ada IKU kabupaten dan ada juga IKU masing-masing OPD, contoh nya IKU itu dari BPKAD, Sakip ada di bagian organisasi. IKU kabupaten kita ada 17 IKU, ada yang melampaui 100 persen tapi ada juga yang belum melampaui 100 persen,” ujarnya, Rabu (24/4).
IKU yang mengalami penurunan yakni untuk PDRB bidang pertanian. Berdasarkan data untuk IKU pertumbuhan kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dalam PDRB di angka -4,04 persen untuk tingkat capaian. Realisasi IKU tersebut di angka -0,19 persen. “Khususnya untuk peningkatan PDRB dari pertanian turunnya agak jauh dari tahun 2022. IKU yang melampaui target kita sudah koordinasikan dengan provinsi dan melakukan rekakulasi ulang untuk menentukan target terbaru dengan OPD nya tapi dengan tidak mengubah perda dan tidak mengubah IKU. Pertumbuhan kontribusi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dalam PDRB mkita pusing tujuh keliling karena tingkat capaiannya -4,04 persen,” jelasnya
Data yang diperoleh tersebut berasal dari perhitungan yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karawang. Ia menegaskan hingga sekarang masih mencari penyebab dari penurunan dari salah satu IKU tersebut. Hal ini pun akan menjadi bahan evaluasi untuk pembuatan RPJMD periode 2025 hingga 2029. “Data ini berasal dari hitungan BPS, perhitungan ini dari beberapa komponen. Tidak bisa dihitung dari satu komoditas saja dan mungkin saja saat survey waktunya tidak pas. Kemarin kami sudah bertanya kepada BPS untuk cara penghitungan tidak diberikan. Kami sedang mencari faktor penyebab turunnya angka ini sedangkan untuk jumlah produksi naik terus kalau melihat trennya. Ini menjadi bahan evaluasi kita semua karena ini akan menjadi pijakan di RPJMD yang baru periode tahun 2025-2029,” tambahnya.
Terkait IKU yang masih mengalami penurunan, tambah Teti, maka untuk penetapan target di tahun 2024 maka tidak akan ada perubahan. Kemudian selain IKU ada pula indikator makro. Indikator makro seperti indeks pembangunan manusia (IPM), angka kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, laju pertumbuhan ekonomi, Pendapaatan per kapita, indeks reformasi birokrasi, indeks kualitas lingkungan hidup. Indikator makro merupakan acuan dari keberhasilan suatu daerah. “Kalau realisasinya kurang dari target maka tidak bisa mengubah dari target dari tahun sebelumnya. Pada intinya realisasinya sudah cukup baik meskipun masih ada yang harus diperbaiki. Kalau IKU menggambarkan kinerja secara keseluruhan, tapi ada juga indikator makro. Menggambarkan keberhasilan suatu daerah itu dilihat dari indikator makronya,” imbuhnya. (nad)