PURWAKARTA, RAKA – Kemarau tidak melulu memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Kemarau justru menjadi keberkahan tersendiri bagi para perajin gerabah di wilayah Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta. Pasalnya, dengan panas matahari yang konsisten di musim kemarau, proses pembuatan gerabah relatif menjadi lebih cepat, dan produksi para perajin mengalami peningkatan hingga sebesar 60 persen.
Salah satu perajin gerabah, Jajang (56) mengatakan, kemarau memberikan dampak positif bagi para perajin gerabah. Sebab, panas matahari di musim kemarau lebih stabil, sehingga proses pengeringan gerabah menjadi lebih cepat. “Karena panas diperlukan untuk gerabah. Jadi pengeringan yang biasa dua minggu atau satu bulan, sekarang itu bisa sepuluh hari juga kering dan cepat untuk memenuhi pesanan, karena memang ketika kering kan langsung dibakar,” ucapnya, Senin (9/9).
Jajang mengaku selain mempercepat proses pengeringan gerabah, cuaca kemarau juga meningkatkan jumlah produksi gerabah miliknya. Peningkatannya dapat terjadi hingga 60 persen.
“Lebih dari 50, itu 60 persenan ada, lebih cepat dari biasanya untuk produksian. Kita juga pengiriman mayoritas ke daerah Jakarta Bogor dan pasar utama Tanggerang, bahkan sampai ke Jawa Sumatera dan Bali,” ujarnya.
Sementara itu, Camat Plered Heri Anwar mengatakan, kemarau dapat mendongkrak produksi gerabah yang menjadi unggulan dari wilayahnya tersebut. Selain itu, pihaknya juga terus mendorong peningkatan kulaitas serta pemasaran dari gerabah asli Plered tersebut. “Untuk Kecamatan Plered ada beberapa pelaku usaha dibidang gerabah ini, kami mendorong terus untuk memproduksi gerabah-gerabah andalannya, Insya Allah kalau informasi teman-teman perajin itu, bulan sekarang di Minggu ke 3 kita akan kirim lagi ke Abu Dhabi,” pungkasnya. (yat)
MEMBUAT GERABAH: Perajin gerabah di Plered sedang membuat gerabah dari tanah liat. Matahari yang begitu terik membuat produksi semakin cepat selesai.
