Laporan dari Palu, Pimpinan Radar Grup Sehat Walafiat
PAGI kemarin sekitar pukul, 07.00 wita, pencarian crew Radar Sulteng kembali kami lakukan dengan mendatangi satu persatu rumahnya. Yang pertama kami mendatangi rumah Pimpinan Radar Grup H Kamil Badru AR, di BTN Palupi, Kecamatan Palu Selatan. Meski tidak ketemu langsung namun kami mendapat titik terang dari pihak keluarga bahwa H Kamil Badrun sehat walafiat.
”Bapak barusan keluar naik motor. Mungkin lihat situasi pasca gempa. Alhamdulilah kita semua selamat,” kata istrinya Pien Kamil.
Sejak terjadi gempa 7,7 SR pada Jumat (28/9) lalu katanya, kami sekeluarga hanya mengungsi di depan rumah. Tidak berani tidur dalam rumah. Semua keluarga tidur di halaman maupun pinggir jalan menggunakan tenda. Yang susah saat ini kata Pien, mencari air bersih dan sulit jaringan seluler.
Dari 35 karyawan Radar Sulteng mulai devisi redaksi, pemasaran, iklan dan percetakan baru 24 karyawan diketahui keberadaannya. Sisanya masih dilakukan pencarian dan kami berharap semua baik baik saja. Sekira pukul 13.00 wita, kami rapat bersama di halaman kantor. Dari hasil rapat siang kemarin, ada 11 orang yang belum diketahui keberadaannya. Untuk redaksi ada empat orang yakni, Sudirman, Ujang Suganda, Rijal dan Moh Salam. Sedangkan pemasaran satu orang bernama Hayun. ”Semua wartawan yang hadir pada rapat siang tadi mengaku belum mengetahui. Namun keberadaan rumahnya di spot berbahaya. Sedangkan Hayun saat kejadian diduga sedang di TKP,” kata Nur Soimah dibenarkan Basri Sido.
Sulitnya komunikasi di Palu pasca gempa membuat warga dibuat panik oleh isu isu yang tidak jelas. Setiap malam para pengungsi dihembuskan akan adanya gempa yang lebih besar. Bahkan isu tsunami selalu dihembuskan. Ada dugaan modus oknum tertentu untuk mencari kesempatan dalam musibah.
Terkait kondisi fisik kantor hasil pemeriksaan bagian umum Radar Sulteng, Moh Fahmi Laguliga diketahui tidak memungkinkan. Pasalnya, plafon dan dinding ruangan mengalami retak-retak. Sedangkan fasilitas komputer masih dilakukan pemeriksaan akibat terjatuh di lantai.
Untuk percetakan dilaporkan Fahmi masih bisa difungsikan. ”Untuk sementara Redaksi akan menggunakan gedung lantai bawah. Permasalahannya listrik dan jaringan internet yang tidak ada. Kalo harus menggunakan genset saat ini sulit nyari BBM,” demikian jelas Fahmi.
Selasa (2/10) sore kemarin evaluasi pencarian terhadap karyawan Radar Sulteng yang belum diketahui keberadaannya mulai ada titik terang. Dari 11 orang karyawan, 9 diantaranya alhamdulillah kondisinya selamat. Ada yang lari mengungsi ke gunung ada juga yang bertahan di rumah keluarga yang tidak terdampak tsunami. Namun masih ada dua karyawan masing masing bernama Rizal dan Hayun tidak jelas keberadaannya. Menurut Agung Sumandjaya (Redaktur Kota), bahwa Rizal sore itu minta izin liputan pembukaan Iven Palu Nomoni di Anjungan Pantai Talisw. Sedangkan Hayun biasanya berjualan di lokasi tersebut. “Kita berharap kawan kawan bisa ditemukan sehat walafiat,” kata Agung pada rapat internal di luar gedung graha pena Radar Sulteng.
Sementara Taswin yang rumahnya di zona pantai Mamboro mengaku bisa selamat karena saat kejadian berada di kantor Radar Sulteng. Seketika itu kata Taswin, dirinya lari ke lokasi yang lebih tinggi. “Saya satu keluarga ada lima orang terpisah saat kejadian. Saya di kantor. Pace dan Maceku di Palu Plaza. Adik lakilaki pergi camping di luar kota. Sedangkan adik perempuan ada di rumah tante di Talise dekat Pusat rekreasi masyarakat. Inilah yang menjadi korban dan meninggal,” kata Taswin.
Saat terjadi gempa kata Taswin, adiknya sempat dibawa keluar rumah namun karena terjadi tsunami ombak besar menyebabkan meninggal di lokasi. Sementara sepupu yang tidak disebutkan namanya itu bisa selamat hanya bahunya yang patah. Sesuai hasil rapat bila kondisi percetakan sudah layak dan jaringan server redaksi berfungsi akan kembali terbit. Dari semula tercerai berai saat gempa, sampai malam ini, dari total 35 karyawan sudah ketemu 33 orang. (lib)