HEADLINE

Mengayuh Rezeki di Perahu Eretan

KARAWANG, RAKA – Kabupaten Karawang dilintasi oleh Sungai Citarum. Banyak yang tergantung dari keberadaan sungai terpanjang di Jawa Barat ini. Diantaranya penyedia jasa perahu eretan. Meski jumlahnya terus berkurang seiring banyaknya jembatan yang dibangun pemerintah, namun ada juga masih tetap bertahan walaupun penghasilannya terus berkurang.
Di Johar, Karawang Timur misalnya, penyedia jasa perahu eretan tak seramai dulu. Misalnya Anas (49) warga Desa Sukasari, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Berebes, yang bekerja sebagai tukang eret perahu di saluran irigasi Johar Karawang, di sela-sela menunggu penumpang, dia menyempatkan untuk membaca Alquran di atas perahu. “Daripada nganggur lebih baik belajar baca Quran,” jelasnya kepada Radar Karawang, beberapa waktu lalu.
Bukan hanya baca Quran, lanjut Anas, dia juga setiap hari melaksanakan kewajibannya selaku umat beragama seperti salat lima waktu itu di atas perahu, dan wudhunya pun menggunakan air irigasi. Dia mengaku lebih banyak menghabiskan waktu selama 24 jam di atas perahu. “Mandi, nyuci, wudhu itu pakai air irigasi, kalau tidur di sini (perahu), tapi kalau makan beli di warung,” katanya.
Di kampungnya, Anas hanya seorang petani sawah, setiap satu bulan sekali dia pun pulang kampung. Kata Anas, tukang eret perahu berjumlah tiga orang, namun bergantian atau setiap satu bulan sekali. “Sekarang saya sendiri di sini, tapi nanti gantian satu bulan sekali sama teman-teman,” ujarnya.
Anas berprofesi menjadi tukang eret perahu di saluran irigasi Johar sudah sekitar 16 tahun yang lalu, selama itu pula Anas tidak lepas dari membaca Alquran. Bahkan dalam satu bulan bekerja dia mampu membaca 30 juz. Anas mengaku lebih banyak membaca Quran di tempat kerjanya dibandingkan di rumah, sebab di atas perahu lebih banyak waktu luang dibandingkan di kampung halaman. “Saya bukan lulusan pesantren, cuma dari kecil sudah biasa belajar baca Quran,” pungkasnya
Sementara di penyebarangan perahu Dusun Bojongkarya II Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, menjadi jalan alternatif untuk warga untuk berlalu-lalang. Capang (65), pekerja eret perahu asal Dusun Bojongkarya mengatakan, eretan perahu ini masih kerap digunakan sebagai alat transportasi penyeberangan sepeda motor, meskipun tidak seramai sebelum ada jembatan penghubung dua wilayah di Rengasdengklok. “Ada aja yang nyeberang lewat sini tapi gak rame kaya dulu lagi,” jelasnya.
Menurut dia, saat ini penyeberangan eret perahu di Dusun Bojongkarya II hanya beroperasi mulai dari pagi sampai pukul 18:00 WIB. Meski penghasilannya setiap hari tidak sampai Rp100 ribu, tapi Capang masih bertahan bekerja sebagai tukang perahu. “Karena kebutuhan aja, soalnya gak ada kerjaan lain,” katanya.
Capang mengaku, penyeberangan ini bisa saja digunakan oleh pemudik dari wilayah Bekasi ke Karawang, tapi sampai saat ini belum ada orang yang pulang kampung melalui jalan tikus tersebut. Kata dia, kemungkinan banyak orang yang tidak tahu jalan sini. “Motor bisa lewat sini kalau ada mah, nanti tembus di Dengklok,” ujarnya. (mra/psn)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button