HEADLINE

Nongkrong Sambil Dapat Ilmu
-Berkunjung ke Tugu Kebulatan Tekad

RENGASDENGKLOK, RAKA – Siapa yang tidak mengenal Monumen Kebulatan Tekad Rengasdengklok. Monumen yang dibangun tahun 1950 yang dibangun di atas tanah bekas markas Pembela Tanah Air (Peta), itu menjadi satu tanda tonggak perjuangan kemerdekaan Indonesia. Monumen ini dibangun di atas lahan 1500 meter persegi. Namun, masih ada warga yang bingung dengan nama tugu yang ada di Rengasdengklok, antara Tugu Proklamasi dan Tugu Kebulatan Tekad.
Irawan, siswa salah satu SLTP Rengasdengklok mengatakan, dirinya tidak tahu pasti nama tugu di dekat kantor Kecamatan Rengasdengklok itu, pihaknya mengaku lapangan yang sempat dijadikan tempat upacara kabupaten dalam rangka memperingati HUT RI itu sebagai Tugu Bojong, sebab lokasinya terdapat di Dusun Bojongkarya, Desa Rengasdengklok Selatan. “Saya gak tahu namanya, tapi biasanya temen-temen nyebut Tugu Bojong aja,” kata Irawan, saat mengunjungi tugu di Rengasdengklok.
Lanjut Irawan, adapun tugu tangan mengepal yang terletak di dekat bantaran tanggul Citarum itu sering disebut dengan Tugu Kebulatan Tekad, sebab ada tulisannya di dekat gerbang masuk tugu. Dan dia menduga nama tugu didekat kantor Kecamatan Rengasdengklok tersebut adalah Tugu Proklamasi. “Kayaknya kalau yang ini (tugu empat tangan) namanya Tugu Proklamasi dah, tapi gak tahu juga,” katanya sambil ketawa.
Azil (23), warga Lenggahsari, Kecamatan Cabang Bungin, Kabupaten Bekasi, mengaku baru pertama kali memasuki kawasan Tugu Kebulatan Tekad Rengasdengklok, meski pihaknya sudah beberapa kali melewati tugu tersebut. “Kalau masuk ke sini baru pertama, tapi dulu lewat doang pernah cuma gak masuk ke sini (tugu),” jelasnya.
Rustandi (40) warga Tunggakjati, Karawang Barat, yang membawa anaknya Abil Apriandi Nugraha kelas VII SMPN 4 Karawang ke Monumen Tugu Kebulatan Tekad. Menurut Rustandi, saat ini terbilang langka orang tua yang mengajak anaknya untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Dia mengaku anak zaman sekarang lebih banyak mendatangi tempat pembelanjaan seperti mal dibandingkan ke tempat bersejarah. “Kalau ke mal itu ada waktunya, memang kita juga perlu hiburan, tapi kita harus membagi waktu dan sebetulnya ke tempat sejarah,” katanya.
Rustandi menambahkan, saat ini dia bukan hanya mengajak anaknya saja, melainkan saudara-saudarnya yang satu kelas dengan Abil. Awalnya Rustandi mau berangkat dari rumah sejak pagi, sehingga bisa mengunjungi candi yang ada di Batujuaya. Dia mengaku untuk kali ini akan mengunjungi dua tempat bersejarah. “Tadinya mau berangkat pagi, karena di dekat rumah ada yang hajatan, jadi agak siangan,” katanya. (mra)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button