Polemik Relokasi Pedagang Pasar Dengklok
-DPRD Jabar Bakal Panggil Plt Kadisperindag
KARAWANG, RAKA- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang sudah membongkar sebagian lapak pedagang di Pasar Rengasdengklok. Namun, pedagang masih keberatan di relokasi karena mahalnya harga kios di pasar yang baru.
Ketua DPC PKB Karawang, H. Rahmat Hidayat Djati, mengatakan bakal memperjuangkan para pedagang Rengasdengklok ke Pemkab Karawang untuk mendapatkan subisidi 50% bagi pedagang yang mau pindah ke kios baru. “Pemkab Karawang Harusnya memberikan keringanan subsidi kepada para pedagang pasar Rengasdengklok saat direlokasi ke kios baru, Jangan berlakukan harga kios yang selangit dalam kondisi pemulihan pasca Pandemi covid 19,” katanya, Kamis (17/12)
Ketua Komisi II DPRD Jabar yang akrab disapa Kang RHD ini, menyayangkan Pemkab Karawang tidak memberikan subsidi kepada para pedagang untuk mendapatkan kios baru terlebih saat ini masih dalam proses pemulihan pasca pandemi. “Bagaimana bisa Pemkab Karawang akan membangun pemulihan ekonomi di Karawang kalau relokasi harga kios baru tanpa ada subsidi. Sama saja membunuh pertumbuhan ekonomi di Karawang yang sedikit demi sedikit mulai membaik. Saya pun mendengar langsung keluhan para pedagang pasar Rengasdengklok, terkait harga kios baru seharga 64 juta Rupiah dengan di cicil 1.500. 000 perbulan,” terangnya.
Sebagai ketua DPC PKB Karawang, ia juga akan memanggil anggota DPRD Karawang Fraksi PKB untuk mengajak berdiskusi terkait relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok. “Dalam waktu dekat, saya akan memanggil anggota dewan Fraksi PKB untuk berdiskusi dan memperjuangkan pedagang pasar Rengasdengklok,” ujarnya lagi.
Sebagai Ketua Komisi II DPRD Jabar ia juga tidak segan-segan akan memanggil Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Karawang. “Saya juga akan memanggil Plt. Kadis Disperindag Karawang untuk mempertanyakan sikap Pemkab Karawang yang tidak pro terhadap nasib pedagang pasar Rengasdengklok,” tegasnya.
Sebelumnya,
Tabroni (42) pedagang sayuran warga Katalaya, Desa Kertasari, Rengasdengklok merasakan kesal saat lapak jualannya dibongkar paksa oleh pemerintah. Meski begitu dirinya menyadari bahwa lapak usahanya berada di lahan pemerintah daerah.
“Rasa kesal itu pasti ada, tapi mau gimana lagi kita gak hadapi ini pemerintah,” ujarnya saat ditemui di sisa-sisa puing lapaknya, Rabu (16/11).
Lebih lanjut Tabroni mengaku sedang berada di rumah, dan tidak menyaksikan saat lapaknya dibongkar paksa dengan menggunakan eskavator, tapi dia sudah mengetahui bahwa akan ada pembongkaran di waktu itu.
“Saya kira tidak akan ada pembongkaran, soalnya yang sudah-sudah juga cuma ada surat peringatan doang,” imbuhnya.
Kata Roni, ada beberapa barang di lapaknya yang tersisa seperti timbangan, terpal, dan tambur. Ia mengaku masih tetap akan berjualan untuk menghabiskan stok sayuran yang masih numpuk di rumahnya.
“Sayuran di rumah masih banyak, kalau gak dijual lama kelamaan kan busuk,” kata Tabroni yang berjualan di Pasar Rengasdengklok pada malam hari sampai pagi.
Tabroni menambahkan, sementara ini pihaknya akan tetap berjualan di lapak usahanya yang berukuran sekitar 5×5 meter meski tanpa atap.
“Kalau di pasar yang baru ramai, mungkin saya juga akan ikut jualan di sana,” tutupnya
. (mra/asy)