Sulit Kerja di Kota Industri
Gadai Sertifikat Rumah Hingga Habis Puluhan Juta Demi Masuk Perusahaan
KARAWANG, RAKA- Slogan Kota Industri dengan ribuan perusahaan ternyata tidak menjamin warga Karawang mudah mendapatkan pekerjaan. Selain minimnya lowongan pekerjaan, untuk mendapatkan pekerjaan pun mesti mengeluarkan kocek puluhan juta rupiah. Bahkan, sebagian pencari kerja rela menggadaikan sertifikat rumah demi bekerja di perusahaan dengan status kontrak.
Salah seorang warga Purwasari berinisial TA (25), mengaku menggadaikan sertifikat rumahnya agar bisa masuk ke salah satu perusahaan yang ada di Karawang. Hal ini dilakukannya, karena ia tidak punya uang untuk memberi uang kepada calo sekitar Rp10 juta. “Besok saya masuk kerja. Calo telpon terus meminta uang Rp10 juta. Saya tidak punya uang, jadi mau gadai sertifikat rumah,” katanya, Kamis (12/9).
Menurutnya, saat ini sangat sulit mencari pekerjaan jika tanpa uang pelicin. “Mau tidak mau harus bayar juga. Paling nanti ATM nya saya kasih untuk bayar pinjaman,” keluhnya.
Hal senada juga diungkapkan salah seorang warga Karawang berinisial N (25). Menurutnya, untuk mendapatkan pekerjaan di Kabupaten Karawang sangat sulit apabila memakai jalur murni. Saat ini untuk mendapat pekerjaan di Kabupaten Karawang harus mengeluarkan uang mencapai puluhan juta rupiah. “Ya mau enggak mau dari pada nganggur akhirnya saya masuk kerja lewat orang dalam perusahaan. Saya ngasih uang Rp8 juta, lalu berkerja di perusahaan berstatus masih magang,” tuturnya.
Dilanjutkannya, setelah beberapa bulan bekerja, namun timbul permasalahan karena posisinya yang ditempatinya harus lulusan sarjana bukan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga dirinya terancam di keluarkan dari perusahaan tersebut. “Lalu ada orang dalam perusahaan lagi yang menawarkan dari pada dikeluarkan dia diminta uang sebesar 20 juta rupiah. Karena usia saya sudah tua dan pasti sulit kembali diterima di perusahaan akhirnya saya bayar lagi Rp20 juta, itu juga uang hasil pinjem dulu. Ya, totalnya saya abis Rp 28 juta untuk dapat masuk perusahaan,” tegasnya.
Sementara itu, warga Karawang lainnya berinisial R (26) membenarkan bahwa untuk bekerja di perusahan di Kabupaten Karawang harus mengeluarkan uang mencapai puluhan juta. Beberapa bulan lalu dirinya ditawarin pekerjaan orang dalam perusahaan. “Namun orang dalam tersebut minta uang DP terlebih dahulu sebesar Rp 15 juta dan lalu di tempat enam bulan ke depan. Ya, biasanya masuk ke perusahaan tersebut menyogoknya bisa sampai Rp 25 juta. Karena saya takut ketipu akhirnya saya menolak tawaran tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, Kabupaten Karawang sebagai kota industri seharusnya masyarakat mudah mendapatkan pekerjaan dan tidak perlu mengeluarkan uang hingga puluhan juta rupiah sehingga pemerintah seharusnya tegas melakukan pemberantasan calon tenaga kerja di Karawang. “Di Hari Ulang Tahun (HUT) Karawang ke- 391 saya berharap masyarakat Karawang mudah dalam mendapatkan pekerjaan. Bukan menjadi penonton di tempat kelahiran. Sehingga pemimpin Kabupaten harus benar-benar memperhatikan masyarakatnya,” tuturnya.
Masih maraknya praktik percaloan, diakui Bupati Karawang Aep Syaepuloh. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang akan membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk memberantas Pungutan Liar (Pungli) terhadap calon tenaga kerja. “Di PT. Chang Shin kalau ada lowongan kerja bayarnya sampai Rp 20 juta, Rp 12 juta dan itu bukan rahasia yang umum. Kemarin saya sudah berbicara dengan pak kapolres, pak dandim, dan pak kejari bahwa ke depannya akan buat Satgas. Kasian jadi harus kita berantas. Masyarakat yang bekerja jangan sampai harus bayar,” tutupnya. (zal)