HEADLINE

Tega Bohongi Ortu Demi Kuota
-Anak-anak Kecanduan Gawai

KARAWANG, RAKA – Gawai yang terhubung sistem daring dengan berbagai fitur ibarat pisau bermata dua. yang bisa bermanfaat, tetapi juga bisa membahayakan kehidupan anak-anak. Selain menjadi alat komunikasi dan sumber informasi, gawai yang dilengkapi berbagai fitur juga menjadi pintu masuk bagi anak-anak untuk mengakses media sosial, gim, dan fitur lainnya secara daring yang belum sesuai untuk usianya. Bahkan, penggunaan gawai yang terus-menerus tanpa mengenal waktu berpotensi mengganggu tumbuh kembang anak serta membuat anak kecanduan atau adiksi gawai.
Fenomena anak-anak yang kecanduan gawai setidaknya semakin terlihat dalam lima tahun terakhir. Meskipun belum ada angka pasti berapa persentase dan jumlah anak yang mengalami gejala kecanduan atau kecanduan gawai, dari sejumlah kasus yang terungkap di publik, hasil kajian, survei, dan penelitian menunjukkan fenomena kecanduan gawai pada anak saat ini berada pada situasi mengkhawatirkan. Tak hanya menjadi korban, anak-anak juga terlibat dalam sejumlah kasus yang masuk kategori tindak pidana.
Seorang siswa SMP di Kotabaru yang meminta identitasnya disembunyikan mengatakan, lebih sering menonton video porno di handphone daripada mencari ilmu pengetahuan. “Setelah nonton porno, saya juga pernah onani. Hehe,” ungkapnya kepada Radar Karawang.
Pelajar lainnya mengaku jarang menggunakan handphone untuk belajar, justru sering digunakan main game. “Pernah sih dipakai nonton video porno. Paling digunakan belajar kalau ada tugas dari sekolah saja,” akunya.
Ia melanjutkan, agar bisa berselancar di dunia maya, dia menyisihkan uang saku sampai berani berbohong kepada orang tua agar bisa dibelikan pulsa. “Jarang ada kuotaan sih. Paling beli pulsa yang 5 sampai 10 ribu buat dipaketin. Kepakai dua sampai tiga hari mah,” tuturnya.
Berbeda dengan AN, warga Rengasdengklok yang baru lulus SMP dan akan melanjutkan ke tingkat SMA mengaku sempat mendengar cerita dari temannya terkait situs porno di internet. “Tahu ada situs porno tapi kata temen, saya gak tahu kalau nama aplikasinya, cuma (temen) suka cerita gitu,” jelasnya.
Ia mengaku tidak pernah mengakses situs prono, bahkan situs dan aplikasinya pun tidak punya. Apalagi sampai melakukan zina. Lebih dari itu, AN mengaku sempat mendengar cerita kalau anak sesuianya pernah melakukan hubungan intim. “Iya ada aja sampai kayak gitu (melakukan hubungan intim),” ujarnya.
Praktisi Informasi dan Teknologi (IT) Nina Sulistiyowati, mengingatkan orang tua mesti khawatir akan dampak negatif bagi anak-anak sebab penggunaan gawai yang berlebihan. Konten yang salah dari game atau tontonan pada gawai akan membuat perubahan perilaku anak ke arah negatif. Bukan hanya itu, anak-anak pun rentan menjadi korban predator seksual di dunia maya. “Pilih program pendidikan yang bermutu, usahakan orang tua ikut menonton saat anak menggunakan gawai,” ucap Nina. (mra/psn)

Related Articles

Back to top button