KARAWANG, RAKA – Nurlaela (38), Tenaga Kerja Wanita asal Desa Kemiri, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang mengalami peristiwa tidak mengenakan ketika berada di Arab Saudi. Ia diculik kemudian disiksa ketika berada di Jeddah oleh orang yang tidak bertanggung jawab selama 11 hari. Saat ini, korban masih berada di Arab Saudi dan belum bisa pulang ke Tanah Air.
Kejadian penganiayaan ini bermula ketika Nurlela dijemput oleh rekan kakaknya bernama Yuliana yang sama-sama bekerja di Jeddah pada 17 September 2024 lalu. Nurlela yang saat itu bekerja sebagai tukang bersih-bersih di sekolah diiming-imingi pekerjaan sampingan dengan gaji 150 real Arab Saudi. Tergiur dengan gaji yang lebih besar, TKW yang sudah bekerja 6 tahun di Arab Saudi tersebut pun akhirnya tergiur. Namun, bukan pekerjaan yang didapat, Nurlela malah disekap di hotel dan mendapatkan penyiksaan.
Setelah sekitar 10 hari disekap, Nurlela akhirnya bisa kabur dari kawanan penjahat tersebut pada Kamis (26/9) sekitar pukul 10 hingga 11 malam. “Pertama mendapatkan informasi dari Kamis (26/9) malam, kalau kakak saya kabur dari tempat penyekapan sekitar pukul 10 atau 11 malam waktu setempat,” kata adik Nurlela, Unang Hambali (32), saat ditemui dikediamannya di Desa Kemiri, Senin (30/9).
Sementara itu, Yuliana (37), kakak pertama Nurlaela saat diwawancara via telpon mengaku Nurlela berhasil kabur ketika diminta untuk membeli air di toko. Setelah keluar dari toko dan melihat tidak ada mobil pelaku, maka korban langsung lari untuk mencari taksi untuk kembali ke kontrakan. “Alhamdulillah ada mobil bapak-bapak mau menolong dan disuruh masuk, akhirnya diantarkan ke kontrakan,” jelasnya.
Adiknya tiba pukul 10 malam di kontrakan dengan kondisi badan yang penuh luka. Nurlaela mengaku dipukul menggunakan besi ke bagian kepala, ditelanjangi. Matanya ditekan hingga mengeluarkan darah. Bibir serta payudaranya dibakar dan disiram air panas. “Alhamdulillah sudah membaik, luka memar sudah memudar tetapi di kepala masih lembek karena setiap hari di pukul menggunakan besi dan rambut habis digunting. Di siksa itu dari malam sampai malam, sampai ditelanjangi dan di siram. Sekarang badannya masih sakit dan linu. Kemarin sudah diperiksa di rumah sakit dan hasilnya bagus di bagian kepala,” terang Yuliana.
Menurutnya, Nurlela tidak sendiri, karena ada sejumlah TKW lain yang mengalami kejadian serupa. Hanya saja, Nurlela disekap paling lama karena tidak membawa uang saat diculik. “Saat aku tanya ke dia, alhamdulillah tidak sampai diperkosa sama pelaku. Korban yang lainnya karena ada emas dan uang semuanya diperkosa dulu baru dipulangkan, adik aku yang paling lama karena tidak bawa uang dan emas, hanya bawa handphone,” imbuhnya.
Yuliana mengaku pelaku pernah meminta tebusan secara langsung sebanyak dua kali. “Pertama pulsa 250 real agar adik aku dipulangkan. Aku transfer tapi ternyata tidak dipulangkan. Kemudian telpon lagi minta uang 2000 real tapi yang ke dua ini aku minta janji lokasi ketemu tetapi pelaku tidak memberikan informasi lokasi dan rekening bank justru nomor diblokir karena sudah aku ancam melapor ke polisi. Pelaku menghubungi teman-teman aku untuk meminta uang. Meminta uangnya itu setiap hari. Aku pernah cek password email adik, untuk melacak keberadaan. Waktu awal datang itu takut untuk bertemu banyak orang, tapi sekarang sudah sedikit berani bertemu orang,” paparnya.
Saat ini, tambah Yuliana, persoalan ini sudah dilaporkan ke KJRI dan kepolisian setempat. Dua orang pelaku sudah ditangkap, yaitu berasal dari Banglades sama Yaman, sementara satu orang lagi yang berasal dari Indonesia belum ditangkap. “Kalau yang TKW Indonesia itu belum ketangkep karena orang itu juga korban sebenarnya. Jadi TKW ini sudah ditangkap dan ingin bebas tetapi dengan syarat mencari mangsa lain. Untuk sekarang belum bekerja lagi, terserah kita mau masuk lagi atau tidak. Sekarang masih fokus pemulihan dulu karena fisiknya masih ada luka,” terangnya.
Sementara itu, Rosmalia Dewi, Kepala Disnakertrans mengatakan setelah itu KBRI langsung menghubungi kedutaan Indonesia yang berada di Jeddah untuk mencari informasi. “Adanya video tersebut, kami berkoordinasi dengan KBRI dan KBRI melakukan koordinasi dengan kedutaan yang ada di Jeddah. Di dapatkan informasi yang bersangkutan bukan korban dari majikan tetapi mendapat kekerasan premanisme di sana,” ujarnya, Senin (30/9).
Saat ini korban telah kembali ke kontrakan. Nurlaela tinggal bersama dengan kakak pertama. Ia mengatakan kembali ketika korban ingin pulang, maka akan melakukan koordinasi dengan kementrian luar negeri tentang tata cara pemulangan. Meski begitu sejauh ini korban belum ingin kembali ke tanah air. “Sudah ditindaklanjuti oleh kedutaan besar, diberikan pengobatan dan sudah dipulangkan ke kontrakannya. Beliau berangkat tahun 2018. Kalau memang ingin pulang akan koordinasi dengan kementrian luar negeri untuk proses pemulangannya dan setelah di Karawang akan bekerjasama dengan Dinas Sosial. Beliau dan keluarga pun tidak ingin pulang karena masih punya tanggungan 2 anak yang masih kecil,” terangnya. (nad)