Masih Kalah dengan Kabupaten Bekasi
KARAWANG, RAKA – Meski pandemi Covid-19 masih belum selesai hingga saat ini, realisasi investasi di Karawang mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Karawang mencatat realisasi investasi bulan Januari hingga September 2021 mencapai Rp19.973.499.724.794 dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Neger (PMDN).
Realisasi tersebut lebih besar dibanding tahun lalu pada periode yang sama Rp12.586.373.802.055. Bahkan selama tahun 2020, realisasi investasi dari PMA dan PMDN di Karawang Rp16.739.723.818.049. Jumlah tersebut masih di bawah realisasi pada periode Januari sampai September tahun 2021. “Berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) tingkat Jawa Barat, khusus untuk Karawang periode Januari sampai September ada kenaikan investasi,” ujar Kasi Informasi Data dan Pengembangan Sistem pada Bidang Pengawas dan Pengendalian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Karawang Oktaf Hariaji saat ditemui di ruang kerjanya.
Oktaf mengatakan, awal pandemi Covid-19 mewabah, investasi di Karawang juga sedikit terkendala. Namun seiring berjalannya waktu investasi kembali berjalan seperti biasa. “Awalnya saja, setelah kesininya normal lagi. Tahun 2020 juga kan awal pandemi, jadi realisasi investasinya lebih besar tahun ini,” ucapnya.
Oktaf juga mengatakan, tidak ada target realisasi investasi dari Pemerintah Kabupaten Karawang. Karena untuk target investasi ada pada tingkat provinsi dari keseluruhan kabupaten dan kota. Saat ini, Kabupaten Karawang masih menempati posisi kedua di Jawa Barat untuk investasi PMA setelah Kabupaten Bekasi.
Oktaf juga mengatakan, pihaknya terus meningkatkan pelayanan perizinan untuk memudahkan pelaku usaha dalam memproses perizinan. Terlebih saat ini pelayanan perizinan sudah menggunakan satu sistem, yaitu Online Singel Submission (OSS) berbasis resiko yang dikeluarkan oleh Kementerian Investasi/BKPM. “Pelayanan perizinan lebih cepat dengan OSS berbasis resiko,” ucapnya.
Dia menyebut, negara paling banyak melakulan investasi saat ini adalah Singapura, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Belanda. “Kedepan kita juga bakal mendorong pelaku usaha lokal untuk meningkatkan investasi. Sebab masih banyak pelaku usaha lokal yang belum melakukan LKPM, sehingga realisasi PMDN juga bisa meningkat,” pungkasnya.
Sementara di Jawa Barat, Kepala DPMPTSP Jawa Barat Noneng Komara mengatakan sebanyak 23.749 proyek investasi yang datang ke Jabar berhasil menyerap sebanyak 87.766 tenaga kerja baru. “Jabar tak tergoyahkan di peringkat pertama realisasi investasi di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2021 dengan nilai Rp107,23 triliun. Realisasi ini kembali mendongkrak serapan tenaga kerja di Jawa Barat hingga 87.766 orang yang terserap dari 23.749 proyek,” kata Noneng Komara dalam keterangan resminya.
Dia mengatakan, realisasi investasi ke Jawa Barat sepanjang Januari-September 2021 mampu memberikan kontribusi 16,3 persen pada realisasi investasi nasional. Menurut dia angka realisasi yang datang dari penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp107,23 triliun mampu membuka lapangan pekerjaan saat masa pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covis-19. Berdasarkan data realisasi investasi PMA & PMDN Januari-September 2021, sektor dengan realisasi investasi tertinggi di Jawa Barat adalah Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran (25 persen), Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain (15 persen), dan Transportasi, Gudang & Komunikasi (11 persen). “Jawa Barat masih menjadi primadona investasi, ini bisa dilihat dari kenaikan realisasi investasinya. Realisasi PMA mengalami kenaikan sebesar 21,59 persen dan PMDN naik sebesar 28,01 persen,” ujarnya. (nce)