HEADLINEMETROPOLIS

Jejak Pewaris Nabi di Karawang

Tiga Ulama Pendiri Masjid Agung

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

KARAWANG, RAKA – Mesjid Agung Karawang bukan saja salah satu masjid besar yang ada di Karawang, masjid tersebut juga merupakan masjid tertua yang ada di Kabupaten Karawang.

Dodi Permana (60), pengurus masjid Agung Karawang menceritakan, masjid Agung saat ini banyak dikunjungi dan dijadikan tempat untuk melaksanakan even keagamaan di Karawang, adalah masjid yang dibangun oleh tiga tokoh Islam pada tahun 1418 M. Adapun 3 tokoh Islam tersebut ialah Syekh Hasanudin atau yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Quro, Syekh Maulana Adlofi dan Syekh Abdurrahman. “Dulu yang mendirikan masjid adalah tiga tokoh yang ada dalam tulisan ini. Mereka adalah pendiri pesantren yang ada di Sundapura Karawang. Syekh Quro adalah ulama yang menyiarkan agama Islam di Karawang,” kata Dodi, saat diwawancarai Radar Karawang, Senin (6/5).

Disampaikan Dodi, bangunan masjid saat ini adalah bangunan yang sudah beberapa kali dilakukan perombakan. Awalnya, bentuk serta desain masjid ini berbentuk joglo dengan bertiang utama empat. Sedangkan atapnya berbentuk limas bersusun tiga undak, mirip dengan masjid Agung Cirebon atau masjid Agung Demak. “Ini masjid tertua di Karawang bahkan di Pulau Jawa. Maka seharusnya dari Banten dari Cirebon dariman pun juga tunduk kepada Karawang,” kata marbot yang sudah 15 tahun bertugas di masjid Agung Karawang.

Dodi menjelaskan, selama ini, pengetahuan sejarah yang didapatkan olehnya bersumber dari almarhum Didi Supardi salah seorang tokoh yang banyak mengetahui sejarah tentang masjid tersebut. Sampai saat ini, masih tersimpan benda peninggalan berupa kayu jati yang dulunya dijadikan sebagai bahan bangunan masjid pada awal dibangun. “Kalau golok dan kayu lainnya dibawa ke Cirebon,” kata Dodi yang tak henti menceritakan tentang masjid tersebut.

Diungkapkan Dodi, meski kayu tersebut sudah berumur ratusan tahun dan terlihat sudah rapuh, namun ada suatu kejadian aneh. Berdasarkan cerita yang didengar dari para tokoh sebelumnya, kayu tersebut membuat mesin gergaji patah dan rusak saat hendak memotongnya. “Dulu kan pernah kayu ini mau digunakan dan digergaji dulu. Gergaji nya malah patah dan rusak. Setelah ditawasul dulu baru bisa digergaji. Lihat saja paku juga gak kuat nembus,” ujarnya saat menunjukan tumpukan kayu yang berada di lantai dua masjid Agung Karawang.

Kini, masjid ini tidak hanya dijadikan tempat salat dan mengaji saja, tapi juga sering dijadikan pusat kegiatan keagamaan.(nce)

Related Articles

Back to top button
Verified by MonsterInsights