Koleksi Buku Perpusda 20 Ribu
TUNGGU PERPUSTAKAAN: Sejumlah pelajar menjaga perpustakaan daerah saat melaksanakan PKL. Pelajar yang datang ke perpustakaan ini masih sedikit, meskipun saat ini pembelajaran tatap muka sudah dimulai.
Pengunjung Masih Sepi
KARAWANG, RAKA – Banyaknya koleksi buku di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Karawang yang mencapai 20 ribu eksemplar, tidak serta merta menarik minat pengunjung datang ke tempat ini. Setiap harinya, pengunjung perpusda tidak terlalu banyak, bahkan pelajar pun jarang yang datang.
Pustakawan Ahli Muda di Perpusda Karawang Yus Yusuf Rangga Warsita mengatakan, koleksi buku di perpusda mencapai 20 ribu eksemplar. Jumlah itu belum ditambah dengan buku tahun 2021. Tidak hanya itu, perpusda juga memiliki koleksi buku digital. Sayangnya, banyaknya buku yang tersedia kurang menarik minat pelajar untuk membaca buku.
Dalam satu hari pelajar yang datang masih dapat dihitung jari. Itupun kebanyakan dari masyarakat umum dan mahasiswa yang mengerjakan tugas. “Sehari paling 25 orang yang mengerjakan tugas. Jadi selama pandemi dan kondisi normal juga tetap sama,” ujarnya, baru-baru ini.
Yus menganalisa, kurangnya minat kunjungan terhadap perpustakaan ini bisa dari berbagai faktor. Untuk itu perlu dilakukan dikaji lebih dalam agar mengetahui apa yang menjadi faktor. “Apakah karena tempatnya yang tidak banyak diketahui?, atau faktor lainnya juga,” terangnya.
Sebelumnya, Ketua Forum Taman Baca Masyarakat (FTBM) Karawang Nurul Ilmi mengatakan, untuk meningkatkan daya baca masyarakat, lima tahun terakhir sejak didirikannya FTBM Karawang ini sudah dapat melebarkan sayapnya ke sejumlah kecamatan, terlepas namanya itu menggunakan taman baca ataupun lainnya seperti perpus jalanan, tapi dari semua itu merupakan kelompok pegiat literasi. Nurul menyebut di Karawang terdapat 43 TBM, dan saat ini sudah berkurang lantaran terkena banjir waktu lalu.
“Sekarang ada 30 TBM mandiri dan 50 TBM PKBM (Pusat Kegiatan Baca Masyarakat),” katanya.
Nurul menilai, berdasarkan pengalamannya keliling di sejumlah TBM, bahwa saat ini yang menjadi problem di tengah masyarakat terkait literasi yaitu bukan minat bacanya yang rendah, melainkan tidak ada akses untuk mendapatkan buku bacaan. Sebagaimana Kata Nurul pusat perpustakaan daerah terletak di kota, begitu pun toko buku terbesar ada di perkotaan. Sehingga masyarakat di kampung kesulitan untuk mendapatkan buku bacaan dibanding masyarakat di kota.
Oleh karenanya, FTBM meminta pemerintah untuk memperhatikan masyarakat di pedesaan yang jauh dari jantung kota Karawang. Selama ini, Nurul mengaku FTBM belum memiliki MoU baik itu dengan dinas perpustakaan, pendidikan maupun pemerintah daerah. Paling sebatas kerjasama memanfaatkan mobil perpustakaan dalam beberapa kegiatan FTBM.
“Kita ingin di Karawang ini perbup tentang literasi, soalnya di beberapa kota kabupaten ada perbup tentang literasi,” pungkasnya. (nce/mra)