MENINGGAL: Bocah Bojong Tugu, Rengasdengklok Selatan, Gea Andalasmaeka (9) terbujur kaku setelah lambat ditangani petugas kesehatan.
RENGASDENGKLOK, RAKA – Gara-gara lambat ditangani petugas kesehatan, seorang bocah asal Bojong Tugu, Gea Andalasmaeka (9) meninggal, Sabtu (2/4). Keluarga bocah malang tersebut, Daday Iskandar yang juga Kasi Pemerintahan Desa Rengasdengklok Selatan mengatakan, pihaknya menyesali atas tindakan Puskemas Rengasdengklok yang tidak maksimal. Padahal seharusnya puskemas bisa melayani dengan baik orang yang sedang sakit. “Puskemas itu kan untuk pertolongan pertama, seharusnya dia lebih itu pelayanannya lebih bagus, kalau memang dia tidak sanggup kasih (surat) rujukan (ini) malah dikasih resep,” katanya kepada Radar Karawang, kemarin.
Ia melanjutkan, Gea sudah tidak sehat selama dua hari, kemudian pada Jumat (1/4) pihak keluarga membawa berobat ke salah satu bidan di wilayah Rengasdengklok. Setelah itu, bidan tersebut menyarankan agar anak tersebut dicek lab di RS Proklamasi. Berdasarkan hasil lab dari Proklamasi, bidan menyarankan agar anak itu untuk dirawat lebih lanjut atau infus. Pada Jumat sore, pihak keluarga memutuskan untuk membawa Gea ke puskesmas. Kemudian Puskesmas Rengasdengklok hanya memberikan resep obat. “Akibat berlarut-larut penanganan, akhirnya bocah tersebut meninggal dunia di ruang ICU RS Proklamasi pada Sabtu (2/4),” katanya.
Euis Umiyati (46) nenek Gea mengatakan, pihak puskesmas tidak mau merawat inap karena kondisi saat ini berbarengan dengan wabah corona. Bahkan Euis bersikeras meminta agar pihak puskemas melakukan tindakan perawatan terhadap cucunya itu, namun pihak puskemas hanya memberikan resep obat. “Kata dia (perawat puskesmas) udah saya kasih resep aja, nanti nebus. Udah istirahat di rumah aja, terus kalau misalkan ke kamar mandi kata dia jangan suruh jalan (tapi) harus digendong. Itu berarti kan anak sudah parah,” kata Euis.
Lebih lanjut, Euis meminta jika puskemas tidak bersedia menangani orang sakit parah, seharusnya paling tidak puskemas memberikan surat rujukan. Setelah diperlakukan seperti itu oleh pihak puskemas, Euis pun tidak tinggal diam alias berusaha untuk mencari tempat perawatan supaya cucu kesayangannya itu tetap sehat, dan kembali sembuh seperti biasa. Namun cucunya itu terpaksa harus tinggal di rumah tanpa dilakukan perawatan pihak medis, melainkan hanya minum obat hasil resep dari puskemas. “Udah diminumin obatnya, pas gitu jam empat (Sabtu subuh) anak itu kejang-kejang gak sadar,” kata Euis.
Dengan kondisi yang terus memburuk, Euis langsung membawa cucunya ke Klinik Anisa di Kutawaluya, namun pihak klinik hanya memberikan surat rujukan untuk dirawat di RS Proklamasi. Euis mengaku saat berada di RS Proklamasi, kondisi cucunya sudah kritis bahkan sampai muntah darah, karena diduga mengidap penyakit DBD. “Di Proklamasi dikasih pertolongan cepet, cuma yang saya sesalkan itu di Puskesmas Rengasdengklok, (makanya) di Proklamasi saya dimarahin sama dokternya (katanya) kenapa ibu (cucunya) gak langsung dirawat,” pungkasnya.
Petugas piket Puskesmas Rengasdengklok yang enggan disebutkan namanya mengatakan, pasien yang dirawat inap di UPTD Puskesmas Rengasdengklok tidak lebih dari lima orang, mulai dari Jumat kemarin sampai sekarang. “Hari ini tiga (pasien), Jumat juga tiga (pasien), iya tidak ada perubahan, kemarin (Sabtu) tiga (pasien),” katanya.
Dikatakan Rusli Gunawan, kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kabupaten Karawang mengatakna, rawat inap pasien di puskesmas buka 24 jam. Adapun jika ada yang akan dirawat, itu harus ada keterangan dari dokter bahwa orang tersebut perlu atau tidaknya dirawat. Hingga berita ini diturunkan, Kepala Puskesmas dan Kasubag TU Puskesmas Rengasdengklok tidak menjawab saat hendak dikonfirmasi melalui sambungan telepon. (mra)